Hari Film Nasional, Berikut Rekomendasi Film Indie Karya Anak Bangsa yang Mendapat Penghargaan Internasional

30 Maret 2021, 19:07 WIB
Film istirahatlah kata-kata diangkat dari puisi dan kisah perjalanan Wiji Tukul. /IMDB/


AKSARA JABAR- Hari ini, Selasa 30 Maret 2021 menjadi peringatan Hari Film Nasional. Dalam memeriahkan perayaan Hari Film Nasional ada beberapa Film Indie karya anak bangsa yang patut diacungi jempol.

Selain film yang lahir dari studio film besar di Indonesia, beragam film Indie karya anak bangsa banyak yang diakui kualitasnya oleh insan film di luar negeri.

Film Indie merupakan film yang dibuat secara independen diluar nama nama studio besar yang sering menggarap film.

Baca Juga: Kang Seung Yoon WINNER Menduduki  Tangga Lagu Teratas iTunes di Seluruh Dunia dengan Album Solo PAGE

Film Indie biasanya memiliki ciri khas lewat tema tema cerita yang diangkat. berfokus pada sisi lain cerita yang biasanya jarang sekali menjadi sorotan di industri film komersil.

Selain dari plot cerita, Film Indie biasanya menjadi bahan eksperimental terhadap teknik teknik pengambilan gambar yang mencoba mendobrak arus umum dalam pengambilan gambar untuk footage film.

Dalam sistem distribusinya, Film Indie seringkali memakai cara yang berbeda dengan film komersil.

Baca Juga: Peringati Hari Film Nasional, Sandiaga Uno Siapkan 5 Langkah Bangkitkan Industri Perfilman Indonesia

Disaat Film secara umumnya setelah selesai tahap produksi akan segera tayang di bioskop, berbeda dengan film indie yang biasanya akan memilih untuk memasukan filmnya ke festival festival film sebagai cara awal untuk mempromosikan filmnya.

Hal ini dilakukan karena pada dasarnya film indie merupakan film yang independen dengan segala keterbatasan finansial sehingga sulit untuk bisa tayang secara langsung dibioskop karena untuk menayangkan film dibioskop membutuhkan biaya yang besar.

Film Indie di Indonesia memiliki beragam pola dalam produksi film maupun plot cerita yang di ambil selain itu Film Indie di Indonesia memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan.

Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Wagub Uu Ruzhanul Pastikan Warga Mendapat Ganti Rugi dari Pertamina

Dalam kiprah dunia Film Indie di Indonesia ada berbagai Film yang mendapat beragam penghargaan dari festival festival film internasional karena kualitas film yang disajikannya.

berikut ini daftar Film Indie Indonesia yang berhasil meriah beragam penghargaan dalam festival film Internasional:

1. Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak

Film Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak merupakan sebuah film yang dirilis oleh sang sutradara Mouly Surya pada 16 November 2017.

Baca Juga: Cegah Aksi Terorisme, Polda Metro Jaya Lakukan Patroli Skala Besar di Sejumlah Tempat Ibadah

Mengisahkan sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy). Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi, duduk di pojok ruangan.

Keesokan harinya dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus (Egi Fedly), yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi (Dea Panendra) yang menunggu kelahiran bayinya dan Franz (Yoga Pratama) yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina.

Sebelum ditayangkan di Indonesia, Marlina The Murderer in Four Acts ditampilkan di berbagai festival film internasional. Film ini diputar perdana di Directors Fortnight Festival Film Cannes 2017. Selain Festival Film Cannes, Marlina The Murderer in Four Acts juga masuk seleksi New Zealand International Film Festival dan Melbourne Film Festival serta Toronto International Film Festival.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis dan Link Streaming Putri Untuk Pangeran 30 Maret 2021, Pangeran Dibuang Pak Alex

2. Another Trip To The Moon

Another Trip To The Moon bercerita tentang Asam anak seorang dukun yang tinggal di hutan, tapi terpaksa pindah ke kota. Dia tidak merasa bahagia, sehingga akhirnya 'dijemput' oleh arwah kakaknya untuk kembali ke hutan.

Film ini dibintangi oleh Tara Basro ini memang tergolong unik, karena tidak ada dialog sama sekali, sehingga penonton bisa bebas berimajinasi mengenai jalan cerita.

Film ini tayang pertama kali di ajang Hivos Tiger Awards di International Film Festival Rotterdam tahun 2015.

3. What They Don't Talk When They Talk About Love

What They Don't Talk When They Talk About Love  adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 2013. Film ini disutradarai oleh Mouly Surya dengan Rama Adi sebagai produser, dan dibintangi oleh Nicholas Saputra, Ayushita, Karina Salim, Anggun Priambodo dan Lupita Jenifer.

Film ini mengisahkan tentang Fitri, seorang perempuan yang tidak bisa melihat sejak lahir. Fitri jatuh cinta pada seorang dokter hantu, yang tinggal di sekitar kolam renang terapi di halaman belakang sekolahnya. Setiap Kamis malam, yang dipercaya sebagai malam keramat, Fitri menulis surat pada dokter hantu ini, menceritakan hal-hal personal yang sebelumnya hanya ia ceritakan pada kolam renang itu.

3. Postcard From The Zoo
Postcard From The Zoo adalah film drama Indonesia tahun 2012 yang ditulis dan disutradarai oleh Edwin . Film ini diputar dalam kompetisi di Berlin International Film Festival ke - 62 pada Februari 2012, menjadikan Edwin pembuat film Indonesia pertama yang melakukannya dalam 49 tahun.

Baca Juga: Hari Film Nasional, Menparekraf Sandi Uno Siapkan 5 Langkah Kebijakan bagi Industri Perfilman Nasional

Menceritakan seorang anak yang ditinggalkan oleh ayahnya dan ditinggalkan dalam perawatan seorang pelatih jerapah di sebuah kebun binatang. Lana tumbuh di antara hewan, mengunjungi dan memberi makan mereka di kandang mereka.  Bagi Lana, sentuhan fisik adalah pengalaman yang ia bagi dengan ayahnya dan tanpa disadari ia selalu rindu untuk disentuh, itulah sebabnya Lana jatuh cinta pada seorang pesulap yang datang ke kebun binatang.

Film ini tidak pernah tayang di bioskop secara luas di Indonesia. Film ini ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Berlin ke - 62 pada tanggal 15 Februari 2012, di mana ini adalah film Indonesia pertama dalam 49 tahun yang bersaing di bagian utama untuk memperebutkan Beruang Emas , yang akhirnya jatuh ke tangan Caesar Must Die . Sebuah versi dubbing menerima rilis terbatas pada 33 layar di Jerman pada Januari 2013 dengan judul Die Nacht der Giraffe.

4. Solo, Solitude (Istirahatlah Kata-Kata)

Istirahatlah Kata-kata adalah film biopik produksi tahun 2017 yang disutradari oleh Yosep Anggi Noen yang sekaligus menuliskan skenarionya. Film yang diproduseri oleh Yosep Anggi Noen dan Yulia Evina Bhara, ini dibintangi oleh Gunawan Maryanto dan Marissa Anita, bercerita tentang perjuangan penyair Wiji Thukul yang menuntut keadilan kepada pemerintah melalui gerakan-gerakan, orasi, dan puisinya. Istirahatlah Kata-kata dirilis secara terbatas pada 19 Januari 2017. Sutradara dan pemeran utama pria film ini meraih beberapa penghargaan antara lain dari Festival Film Indonesia, Usmar Ismail Award, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

Baca Juga: Baekhyun EXO Rilis Mini Album Terbaru Berjudul Bambi, Pecahkan Rekor Pribadi Dalam Pemesanan Stok Pre-Order

Film ini mengisahkan sosok Wiji Thukul dulu menyuarakan perlawanan lewat karya-karya puisinya, sebagaimana Pramoedya Ananta Toer melalui tulisannya. Pada era sebelum reformasi itu, kritik lewat puisi saja sudah dianggap subversive. Orang-orang yang vokal dengan gagasan demokrasi substansi sapat dianggap berbahaya bagi ketertiban umum. Dan mereka yang tubuhnya bertato, bisa kena operasi petrus. Tembak di tempat karena dianggap preman yang meresahkan warga.

5. Kucumbu Tubuh Indahku

Kucumbu Tubuh Indahku adalah film Indonesia tahun 2019 yang disutradarai dan ditulis oleh Garin Nugroho serta diproduseri oleh Ifa Isfansyah.

Film ini mengisahkan penari Lengger yang menjadi gemblak seorang warok dalam tradisi klasik penari Reog. Alur film ini sendiri diilhami dari pengalaman hidup Rianto; Rianto sendiri juga turut serta berperan dalam film ini. Film ini diperankan oleh Muhammad Khan, Sujiwo Tejo, Teuku Rifnu Wikana, Randy Pangalila, dan Endah Laras.

Baca Juga: Upaya Tingkatkan Profesionalitas Wartawan, Pikiran Rakyat Media Network Gelar UKW

Film ini pertama kali ditayangkan di Festival Film Internasional Venesia ke-75 dan kemudian ditayangkan di Festival Tiga Benua Nantes. Di Indonesia, film ini pertama kali ditayangkan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival pada 13 Desember 2018. Film ini baru ditayangkan di bioskop pada 18 April 2019 bersama dua film Indonesia lainnya selepas diundurkan dari jadwal semula yaitu Maret 2019.

Selama penayangannya film ini tidak menemui kendala yang berarti persis sebagaimana yang diharapkan produser, tetapi enam hari kemudian terdapat dua petisi Change.org yang menentang penayangan film ini di bioskop karena dianggap bertentangan dengan budaya Indonesia.

Buntutnya, film ini dilarang untuk ditayangkan di tujuh kota dan kabupaten dari lima provinsi; seperti Padang (Sumatra Barat), Palembang (Sumatra Selatan), Pekanbaru (Riau), Depok dan Garut (Jawa Barat), dan Pontianak dan Kubu Raya (Kalimantan Barat).

Sedangkan dalam Festival Film Indonesia 2019 film ini berhasil meraih delapan penghargaan dari dua belas nominasi — termasuk Film Terbaik, dan mempersembahkan gelar Sutradara Terbaik pertama bagi sutradara Garin Nugroho.***

Editor: Igun Gunawan

Tags

Terkini

Terpopuler