10 Penyakit yang Sering Dikaitkan dengan Depresi, Salah Satunya Kekurangan Vitamin D

- 11 Oktober 2022, 14:49 WIB
Ilustrasi orang alami depresi.
Ilustrasi orang alami depresi. /Pixabay/

AKSARA JABAR - Setiap orang akan mendapatkan berbagai macam permasalahan dalam hidupnya. Jika seseorang tidak sanggup dalam menghadapi masalah hidupnya, orang tersebut cenderung mudah terkena depresi.

Depresi merupakan sebuah gangguan psikologis yang ditandai dengan munculnya rasa sedih yang berkepanjangan serta mulai menarik diri dari aktivitas sosial.

Depresi menjadi salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri (suicide). Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai keinginan untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang 15% saja yang telah melakukannya.

Baca Juga: 5 Cara Alami Menghilangkan Bruntusan Pada Wajah

Bahkan WHO memprediksikan depresi akan menjadi salah satu gangguan mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung.

Depresi merupakan gangguan mental yang tidak boleh disepelekan. Akan tetapi, ada beberapa penyakit yang terlihat seperti depresi tetapi nyatanya bukan depresi.

Beberapa penyakit tersebut sering dikaitkan dengan depresi karena efeknya yang hampir mirip dengan gejala umum depresi.

Dilansir dari webmd, berikut sepuluh penyakit yang sering dikaitkan dengan depresi :

1. Kekurangan Vitamin D

Selalu merasa sedih, putus asa, atau berenergi rendah adalah gejala umum depresi, tapi itu bisa menjadi tanda dari gangguan kesehatan.

Masalah kesehatan seperti kekurangan vitamin D, anemia, atau kondisi yang tidak terdiagnosis seperti autisme bisa sangat mirip dengan depresi.

Baca Juga: Not Pianika Tak Ingin Usai - Keisya Levronka, Berikut Not Angka dan Lirik Lagunya

2. Sindrom Kelelahan Kronis

Myalgic encephalomyelitis/chronic fatigue syndrome (ME/CFS) dan depresi dapat membuat kelelahan dan kesulitan dalam berkonsentrasi.

Gejala umum ME/CFS lainnya termasuk pusing, nyeri otot dan sendi, dan sakit kepala.

ME / CFS biasanya mempengaruhi orang dewasa dan remaja, dengan wanita didiagnosis lebih sering daripada pria.

3. Fibromyalgia

Fibromyalgia sering salah didiagnosis sebagai depresi karena depresi bisa menjadi gejala fibromyalgia.

Gangguan muskuloskeletal ini menyebabkan otak dan sumsum tulang belakang memproses sinyal rasa sakit dengan intensitas lebih.

Wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena fibromyalgia daripada pria.

4. Penyakit Lyme

Penyakit Lyme disebut "peniru hebat" karena gejalanya sama dengan banyak kondisi lain.

Penyakit Lyme dapat menyebabkan kelelahan yang luar biasa dan gejala kognitif yang terlihat seperti depresi.

Gejala lain termasuk sakit kepala, demam, dan ruam kulit yang disebut eritema migrans. Ruam ini muncul sebagai bentuk bullseye yang khas.

Baca Juga: Apakah Itu Depresi Mayor? Penyebab Bunuh Diri Mahasiswa UGM Tegar Sinar Ramadhan

5. Hipotiroidisme

Seperti depresi, hipotiroidisme merupakan suatu kondisi di mana tiroid tidak menghasilkan cukup hormon dan dapat menyebabkan kelelahan, penambahan berat badan, dan masalah memori.

Depresi itu sendiri bisa menjadi gejala hipotiroidisme. Hipotiroidisme dapat didiagnosis dengan tes darah dan diobati dengan hormon tiroid sintetis.

6. ADHD

ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang sering dikaitkan dengan tingkat energi yang tinggi. Namun, banyak orang dengan ADHD tipe lalai mengalami kelelahan karena mencoba untuk fokus.

7. Sindrom Ehlers-Danlos (EDS)

Sindrom Ehlers-Danlos adalah penyakit jaringan ikat genetik langka yang dapat menyebabkan kelelahan, kabut otak, dan gangguan tidur.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Membagi Waktu agar Harimu Lebih Produktif

8. Autisme

Autisme adalah cacat perkembangan yang dapat salah didiagnosis sebagai depresi.

Gejala umumnya yaitu gugup tentang interaksi sosial, kesulitan mencari teman, isolasi sosial, dan menghindari kontak mata.

9. Defisiensi Vitamin D

Banyak orang dewasa yang kekurangan vitamin D, yang dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan dan perubahan suasana hati yang mungkin terlihat sangat mirip dengan depresi.

10. Anemia

Jika menderita anemia, itu berarti sel darah sehat tidak mampu memasok tubuh dengan oksigen yang cukup.

Ini dapat menyebabkan kelelahan ekstrem, kabut otak, dan perubahan suasana hati, semua gejala yang terkadang disalahartikan sebagai depresi.

Anemia dapat didiagnosis dengan tes darah. Perawatan tergantung pada penyebab yang mendasarinya tetapi bisa sesederhana suplemen zat besi atau perubahan pola makan.

Orang yang sedang menstruasi, sedang hamil, memiliki kondisi kesehatan kronis, atau berusia di atas 65 tahun berisiko lebih tinggi terkena anemia.***

Editor: Andi Permana

Sumber: webMD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah