Angka Belanja Online saat Ramadhan Naik, Hati-hati Jebakan Belanja Online Berkedok Promosi

- 29 Maret 2022, 20:12 WIB
Ilustrasi berbelanja online
Ilustrasi berbelanja online /Pixabay.com/Preis_King

AKSARA JABAR- Belanja online menjadi kebiasaan baru masyarakat Indonesia sejak pandemi covid 19 melanda.

Terlebih menjelang perayaan hari besar seperti Ramadhan yang sudah ada di depan mata. Angka belanja online saat Ramadhan hampir dipastikan naik.

Para penjahat siber seringkali memanfaatkan momentum hari besar untuk menjalankan tindak kejahatannya.

Baca Juga: Jelang Ramadhan, PPKM Luar Jawa-Bali Diperpanjang, Menko Perekonomian : Capaian Vaksin jadi Indikator

Dikutip dari antaranews.com, perayaan hari besar, misalnya bulan Ramadhan, menjadi incaran penjahat siber untuk menyebar jebakan berkedok promosi belanja dalam jaringan, salah satunya lewat phising.

"Belanja online dan pembayaran elektronik adalah bagian penting dari kegiatan perayaan dan liburan," kata manajer umum Kaspersky di Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong, dalam siaran pers, dikutip Selasa 28 Maret 2022.

Banyak keluarga yang menggunakan platform belanja online untuk mempersiapkan keperluan pada bulan Ramadhan.

Seperti hari-hari besar lainnya, penjahat siber juga menggunakan momen ini untuk menyebarkan serangan phishing, membuat tautan ke situs palsu untuk mengambil informasi korban

Tiong melihat teknik penyebaran phishing belakangan ini bukan lagi secara acak, penjahat siber memperhatikan tren dan hari besar lokal. Email berisi phishing dan situs web palsu juga dipersonalisasi.

Baca Juga: Polisi Buru Pemeran Pria di Kasus Pornografi Dea Onlyfans, Mungkinkah Akan Jadi Tersangka Baru?

Data Kaspersky untuk Indonesia menunjukkan ada penurunan pangsa pasar pengguna yang terkena upaya phishing, yaitu 3,9 persen pada 2021 dibandingkan dengan 11,6 persen pada 2020.

Sayangnya, penurunan jumlah serangan phishing tidak berarti dunia digital lebih aman. Ketika permintaan belanja online tinggi, maka hal yang sama berlaku untuk serangan phishing.

Penelusuran Kaspersky secara umum menunjukkan halaman phishing paling sering dirancang untuk meniru toko online (17,61 persen), diikuti dengan portal internet global (17,27 persen), sistem pembayaran (13,11 persen) dan perbankan (11,11 persen).

Agar tidak terkena phishing, jangan pernah mengeklik tautan yang tidak jelas, baik melalui pesan instan, SMS atau email, terutama jika tidak kenal dengan pengirim.

Jika menggunakan dompet digital atau bank digital, kenali saluran komunikasi resmi platform tersebut, apakah nomor telepon, situs, email maupun akun pesan instan.

Untuk aplikasi pembayaran, Kaspersky menyarankan menyalakan notifikasi agar pengguna bisa segera tahu ketika ada aktivitas yang mencurigakan. Nyalakan juga autentikasi dua lapis (two-factor authentication) untuk memberi perlindungan tambahan pada akun.

Jangan pernah membagikan kode one-time password atau OTP kepada orang lain. Jika benar-benar harus membagikan akses akun ke pihak ketiga, pastikan ia adalah pihak yang bisa dipercaya.

Terakhir, saat berbelanja online, hindari melibatkan emosi supaya tidak terjebak penipuan online. Misalnya, diskon untuk perayaan tertentu seringkali diadakan dalam waktu yang terbatas.

Selalu berpikir dua kali ketika berbelanja online untuk menghindari risiko penipuan.***

Editor: Iing Irwansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah