Maka dari itu, lanjut Wien, emergency use authorization hanya diberikan dengan mengacu pada kelompok umur dan kondisi tubuh sebagaimana yang diujikliniskan dan bukan untuk diberikan terhadap anak-anak.
“Sejauh ini belum ada vaksin Covid-19 yang mendapatkan emergency use authorization yang diijinkan untuk digunakan anak-anak. Sehingga anak-anak ini termasuk golongan yang akan menunggu lebih lama untuk mendapat vaksinasi,” ujarnya.
Sehubungan hal tersebut, Wien menerangkan, efikasi vaksin Sinovac dinilai berdasarkan data uji klinis tahap 3 dan efektivitasnya baru dapat dilihat setelah digunakan di masyarakat dengan rentang waktu yang variatif.
“Misalnya setelah 3 bulan pertama. Ketika seseorang telah melakukan vaksinasi, perlu rentang waktu tertentu bagi tubuh untuk membentuk antibodi, yaitu sekitar dua minggu sampai satu bulan setelah vaksinasi,” ugnkapnya.
Baca Juga: 9 Kebiasaan Sebelum Tidur Sederhana yang Bermanfaat Pada Kecantikan Seorang Wanita
Untuk kelompok masyarakat dengan kasus penyakit penyerta (komorbid), dia membeberkan, respon kekebalan tubuhnya terhadap infeksi virus bisa mengkhawatirkan.
Sebagai contoh, sambungnya, orang dengan penyakit darah tinggi atau diabetes efeknya bisa parah Ketika terinfeksi virus karena respon kekebalan tubuhnya rendah.
“BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) akan mengkonfirmasi dan memberikan kriteria apakah vaksin tersebut juga bisa diberikan pada mereka yang memiliki komorbiditas. Sementara itu, bagi masyarakat yang memiliki alergi, maka mereka dapat memilih alternatif vaksin lainya. Dianjurkan untuk menunggu di tempat selama 30 menit setelah vaksinasi dilakukan untuk melihat apakah ada efek alergi yang muncul, agar kemudian dapat ditangani dengan cepat oleh tim medis,” tuturnya.
Sementara bagi masyarakat dengan kasus penyintas Covid-19, dia menyebutkan, vaksinasi Covid-19 dapat diberlakukan meskipun ada risiko terinfeksi kembali oleh virus apabila respon antibodi masih lemah.