Gerak tari pengusung jampana tersebut belum ada gerak bahu, masih bersifat helaran atau berjalan secara biasa, serta kostum yang digunakan hanya seadanya. Namun, kekurangan tersebut tidak mengurangi nilai dari pertunjukkan itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu, pergeseran fungsi dan bentuk kreatifitas masyarakat terhadap jampana mengalami perubahan pada bentuk patung.
Patung tersebut berbentuk singa bongsang, yaitu patung singa yang terbuat dari rangkaian bambu (Carangka ) yang dibungkus karung goni, kepala dan kakinya terbuat dari kayu randu, rambutnya terbuat dari tali rafia, matanya terbuat dari tutup botol minuman, diusung oleh empat orang pengusung.
Kursi yang dihias atau Jampana mengalami perubahan dari fungsi, struktur pertunjukan bahkan kostum yang digunakan.
Dilihat dari fungsinya, kesenian sisingaan sebagai kesenian helaran dan berkembang di masyarakat dalam bentuk sajian hiburan di arena panggung, sedangkan pada masa sekarang kesenian Sisingaan bukan hanya berfungsi sebagai hiburan dalam acara hajatan khitanan saja, tetapi sering dipentaskan dalam acara-acara khusus.
Patung singa melambangkan satu penguasa kaum penguasa, yaitu lambang Negara Kerajaan Inggris, anak sunat yang menunggang patung singa melambangkan generasi penerus bangsa, payung simbol pelindung generasi penerus bangsa, pengusung melambangkan masyarakat pribumi yang tertindas.
Perubahan dan perkembangan Kesenian sisingaan ini menjadi identitas produk budaya masyarakat Kabupaten Subang, sekaligus menjadi ikon Kabupaten Subang.***