AKSARA JABAR - Minyak mentah berjangka di Amerika Serikat mengalami penurunan tertinggi hingga ke level 111,41 dolar AS.
Diduga salahsatu pemicunya, karena Ukraina dan Rusia tengah melakukan pembicaraan untuk melakukan gencatan senjata. Tak hanya itu, penurunan juga timbul akibat dari kehawatiran penurunan permintaan bahan bakar di China setelah pusat keuangan Shanghai ditutup untuk mengekang lonjakan kasus Covid-19 di Negara itu.
Minyak mentah berjangka Brent turun 1,07 dolar AS atau 1,0 persen menjadi diperdagangkan di 111,41 dolar AS per barel pada pukul 01.07 GMT, setelah sempat turun ke level 109,97 dolar AS.
Baca Juga: Fakta Baru Dea Onlyfans, Bikin Video Syur Sudah Setahun
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai level terendah 103,46 dolar AS pada awal perdagangan Asia dan turun 79 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 105,17 dolar AS per barel. Kedua kontrak acuan kehilangan sekitar 7,0 persen pada Senin (28/3/2022).
Sebagai informasi Ukraina dan Rusia akan bertemu di Istanbul pada Selasa untuk pembicaraan damai pertama mereka dalam lebih dari dua minggu.
Sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah menginvasi Ukraina telah membatasi pasokan minyak dan awal bulan ini mengirim harga ke level tertinggi 14 tahun.
Baca Juga: Harga Merchandise K-Pop Mahal, Penggemar Harus Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata tetangganya.