Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian

- 30 Juni 2022, 12:27 WIB
Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian
Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian /Sunardi Panjaitan/jurnalmedan.com

Kemudian anak-anak tersebut menghadapi ujian dengan bekal pelajaran itu. Apakah umat yang demikian akan dapat menang? Apakah kita akan memulai kehidupan dengan penipuan!?

Ini satu contoh. Mari kita ambil contoh yang lain tentang tidak adanya kesungguhan. Para pemudi saat ini amat gemar mengenakan pakaian yang ketat, demi menarik perhatian para pemuda. Mereka mengenakan make up dan merapikan rambutnya. Sedangkan para pemuda pergi ke hiburan malam dengan penampilan yang sempurna. Mereka pergi bukan untuk berperang bersama umat Islam, namun untuk menarik perhatian para pemudi.

Seorang penyanyi melantunkan lagu di suatu pesta. Para gadis berdansa, bahkan terkadang mereka berjilbab. Sementara itu, para pemudanya berlenggak-lenggok. Tayangan parabola yang menampilkan drama percintaan. "Saya mencintaimu." Pernyataan si gadis langsung dijawab, "Saya juga mencintaimu." Lama kelamaan tampak pemandangan yang tidak masuk akal! Pada kasus lain, seorang gadis tidak berani berkata kepada sahabatnya bahwa dia sedang membantu ibunya di rumah. Kapankah kesungguhannya akan dapat muncul? Mengenakan celana mewah apapun mereknya tidak akan dapat membangkitkan umat ini, selama sikap gadis tersebut seperti itu.

Contoh lain dari tidak adanya kesungguhan adalah ketika para pemuda melakukan chatting, membunuh waktu dengan facebook untuk berkenalan dengan lawan jenisnya. Sekali lagi, umat ini telah tidak bernyawa lagi, menjadi hina. Mana kesungguhan para pemuda? Kita tidak berbicara masalah halal dan haram. Saat ini kita berbicara tentang sesuatu yang lebih penting, tentang umat Islam yang telah kehilangan nyawanya, Islam yang telah lenyap, kecuali hanya kerangkanya, hanya seonggok debu tanpa api di dalamnya.

Wahai para pemuda, apakah masuk akal, apabila kita mengimpor hal-hal yang buruk dari Barat, kemudian meninggalkan hal-hal yang baik?

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.” (QS Fatir: 10)

Di dalam suatu riwayat Umar ibn Khaththab sedang berjalan di sebuah jalan. Dia melihat seorang pemuda berjalan seenaknya (bhs.Jawa: kledrang-kledreng). Umar bertanya, "Apakah engkau sakit?" Pemuda itu menjawab, "Tidak, ya Amirul Mukminin." Kemudian Umar memberinya peringatan dan berkata kepadanya, "Kami tidak menyukai dan tidak meridhoi umat Muhammad saw berjalan seperti ini."

Jamaah., contoh-contoh di atas merupakan contoh yang amat menyedihkan. Keadaan ini banyak terjadi di dalam diri umat ini. Namun ini tidak merupakan realita keseluruhan para pemuda. Sekali lagi, tidak. Masih ada para pemuda yang bangkit. Akan tetapi sebagian pemuda masih membutuhkan orang yang dapat menyelamatkan mereka dan mau mengatakan, "Janganlah kalian melakukan hal ini!" Itulah para orang tua yang bijaksana, yang masih memiliki hati untuk mau peduli dan kerja keras membimbing generasi menuju kejayaan dan kemuliaan sehingga terwujudlah kemakmuran negeri.

Ambillah pelajaran dari Rasulullah saw dalam berdakwah. Jawaban yang terlontar ketika didesak untuk menghentikan, dirayu melalui paman tercinta, adalah:

"Demi Allah!, wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan agama ini, maka aku tidak akan meninggalkannya, hingga Allah memenangkan agama ini atau aku hancur di dalam dakwah." (HR. Ath-Thabrani: 1/45)

Di waktu perang Uhud, Rasulullah saw bertanya, "Siapa yang akan mengorbankan dirinya untuk kami?" Lima orang Anshar berdiri, mereka adalah para pemuda. Mereka berkata, "Kami, wahai Rasulullah!" Mereka berperang tanpa didampingi Rasulullah. Seorang demi seorang, mereka dibunuh, hingga yang terakhir bernama Yazid bin Sakan. Dia berdiri membela Rasulullah saw, berperang hingga terluka. Kemudian sekelompok kaum Muslimin datang, mengusir kaum Musyrikin agar menjauh dari Yazid. Yazid jatuh tersungkur dalam posisi wajah mencium tanah. Rasulullah saw berlutut mengangkat wajah Yazid dari tanah. Beliau membersihkan tanah dari wajah Yazid dan meletakkan di pangkuannya. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berkata,

"Ya Allah, aku bersaksi kepada-Mu bahwa Yazid As-Sakan adalah orang yang telah memenuhi janjinya. Ya Allah, aku bersaksi kepada-Mu bahwa aku ridha terhadap Yazid ibn Sakan." (HR. Al-Baihaqi).

Perhatikan orang-orang yang bersama Rasulullah saw, sekelompok pemuda Mukmin yang berpegang teguh pada kebenaran. Apakah Anda telah menyaksikan keberanian yang terdapat di dalam diri Yazid?

Baginya, Allah di atas segalanya. Disadarinya, bahwa manusia berjalan hanya pada satu tujuan pasti yakni: menuju Ridha Allah, yang dalam perjalanan itu wajar diperlukan perjuangan dan pengorbanan yang tak tanggung-tanggung. Ia yakin bahwa semua itu merupakan bagian dari ujian Allah untuk menguji kadar keimanan dan ketaqwaan hamba-hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al-Ankabut: 2)

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS Al-Ankabut: 3)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu

Al-Quran menyajikan pengajaran, bagaimana nabi Ibrahim as memberikan teladan kehidupan keluarga muslim yang dibangun atas landasan tauhid murni yang berbuahkan akhlakul karimah, hasilkan keluarga bahagia, dalam keindahan suasana, terpadu dalam tujuan mulia. Kasih sayang dan penghargaan orang tua terhadap putra; sebaliknya rasa hormat, takzim, dan santun dari anak terhadap orang tua; seiring dan sejalannya langkah suami-istri; kesemuanya itu telah menumbuhkan pola hubungan dan komunikasi yang sehat dan bijak dalam satu keluarga; keterbukaan dan ketulusan menjalankan peran sosial serta menyelesaikan persoalan dengan jalan musyawarah telah ditunjukkan oleh keluarga nabi Ibrahim as.

Bapak, selaku pembimbing, guru bagi anak-anak, sifatnya tidak semena-mena, tidak serba memaksakan kehendaknya; tak hendak mengandalkan kekuasaan dan otoritasnya semata, tetapi lebih pada pemberian kesempatan, penghargaan, dan merangsang anak untuk berfikir. Lalu bagaimanakah sikap sang anak? Sifat santun, dan hormat, serta kepatuhan penuh dari sang anak selama ia diajak dalam kebenaranlah yang telah ditunjukkan nabi Ismail as, ia telah menjadi cendera mata hati (qurrota a'yun). Dan dalam hal ini, kaum Ibulah yang diharapkan banyak mengambil peran, karena setiap Ibu telah diberi dasar-dasar kelembutan, kasih sayang, dan percikan sifat kependidikan dari Allah untuk diterapkan dalam pengasuhan putra dan putrinya.

Tiada terlarang Ibu mengambil peran di luar rumah sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah. Tetapi satu hal yang tak boleh dilupakan: Didik putra dan putrimu! Kenalkan mereka terhadap Rabbnya, bimbing mereka untuk beribadah, ajari mereka kasih sayang dan sopan santun, latih dengan kerja keras dan kedisiplinan, tanamkan semangat menolong dan berkorban serta senangkan mereka dalam keterpujian akhlak. Jangan kiranya Ibu mengisi hari-harinya hanya dengan membuang dan membunuh waktu, seharian lebih banyak berdiam di depan TV atau pun bergaya sok sibuk sebagai menteri muda urusan ngerumpi. Sedangkan ayah tetap menjadi penanggung jawab pendidikan seluruh anggota keluarganya. Baik buruknya keluarga cermin baik buruknya pemimpin keluarga.

Dan sebagai pesan akhir dari khutbah ini, khususnya untukmu wahai para pemuda! Menjadi pemuda dalam corak bagaimanakah yang menjadi pilihanmu? Pemuda macam apa yang hendak kau jadikan teladan dan idolamu? Ketahuilah apa yang Anda biasakan pada waktu muda akan menentukan mutu kepribadian di masa mendatang. Karena itu, bercerminlah pada pemuda Ismail jika engkau menginginkan kemuliaan hidup. Lihatlah sekelilingmu, dalam keadaan bagaimanakah engkau hidup di tengah-tengah masyarakat saat ini. Pandai-pandailah memilah dan memilih teman berfikir dan bergaul. Beranilah untuk tampil beda ketika lingkunganmu tidak sejalan dengan ketentuan Ilahi Rabbi. Tumbuhkan benih kesungguhan dalam berbuat membangun umat menegakkan kebenaran dan hindari kemalasan serta kemanjaan. Al-Mutanabbi berpesan dalam salah satu syairnya:

“Biarkanlah aku menggapai-gapai suatu ketinggian
Yang tak akan mudah aku mencapainya
Ketinggian itu memang sulit bagi yang merasa sulit
Namun mudah bagi yang mudah
Anda ingin mencapai suatu kemuliaan dengan harga murah?
Padahal sebelum Anda meraih madunya
Harus merasakan sakitnya sengatan lebah.”


Jika komitmenmu pada kebenaran, sekali melangkah pastikan untuk berlanjut pada jalan perjuangan, jangan mudah menyerah pada keadaan dan pantang mundur lah atas segala rintangan yang menghadang. Yakinlah pertolongan Allah pasti diulurkan.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ

Dan orang-orang yang berjihad, berjuang semata-mata mengharapkan keridhaan Kami Allah, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami Allah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebajikan (QS Al-Ankabut: 69)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْأنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ ذِكْرِالحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ

Khutbah kedua

Allahu akbar 5X wa lillahil-hamd

الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ وَبِه نَسْتَعِيْـنُ عَلـى أُمُـوْرِ الدُّنْيَـا وَالدِّيْـنِ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فيا عباد الله أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى الله حقّ تقاته فقد فاز المتقون

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ

Lanjutkan Doa

Ya Allah ya Rabb kami, bila tidak karena bodohnya kami, tentulah kami tidak mengeluh atas segala kehinaan kami. Bila tidak karena dosa-dosa kami, tentulah tidak kami tumpahkan air mata kami. Bila Engkau tidak merahmati kecuali yang sungguh-sungguh ta'at kepada-Mu, maka kami adalah orang yang bersalah yang bersandar kepada-Mu. Bila Engkau tidak memuliakan kecuali yang berbuat baik, maka kami telah berbuat banyak kesalahan. Apa yang kami bisa kecuali memohon ampun kepada-Mu.

Rabb bila Engkau berkenan mengampuni kami, itu adalah hak dan kuasa-Mu yang Maha Terpuji, tetapi Ya Allah, bagaimana jika Engkau berpaling dari kami, tak mau lagi mendengar kami, dan tidak mengampuni kami, lalu pada siapa kami kami harus memohon ampun. Sedangkan pemilik ampunan dan rahmat hanyalah Engkau. Jika Engkau berpaling dari kami, lalu pada bumi mana kami akan berpijak, pada langit mana kami akan bernaung, sedangkan semesta adalah milik-Mu, Dan kami tidak lain hanyalah makhluk ciptaan dan hamba-Mu. Rabb, bila Engkau tidak menunjukkan Kebenaran Kalam-Mu, tak mungkin kami sampai padanya. Bila Engkau tidak melepaskan lidah kami dan Kau buka hati kami buat berdo'a, tak mungkin kami bisa berdo'a. Jiwa kami telah Engkau muliakan dengan iman, bagaimana akan Engkau hinakan di tumpukan bara api-Mu. Engkau telah menunjukkan untuk memohon surga sebelum kami mengenalnya. Lalu, bagaimanakah bila Engkau menolak setelah kami memohonnya? Bukankah Engkau Maha Terpuji atas segala apa yang Engkau perbuat.

Ya Allah Ya Ilahi
Pandanglah kami
Dengan pandangan kasihMu
Karena dengan pandangan itu
Kami yang berlumuran dosa akan mendapat pengampunan-Mu
lewat kasih sayang-Mu.
Jauhkanlah azab kesengsaraan dalam hidup kami
Kalaulah itu tetap harus berlaku dengan lantaran takdir-Mu,
jadikanlah kami manusia-manusia yang sabar menghadapinya hingga
bertemu denganMu.
Jadikanlah keluarga dan keturunan kami
Keluarga dan keturunan yang selalu beribadah dan mengabdi kepada-Mu
Jauhkanlah kami dari perbudakan di antara keluarga kami
Manakala kami seorang ayah,
jadikanlah ayah yang sanggup menjadi imam diantara orang-orang taqwa
di keluarga kami.
Manakala kami seorang Ibu,
jadikanlah ibu di antara anak-anak kami sebagai tempat tumpuan
belai kasih sayang keluarga kami.
Manakala kami sebagai anak, jadikanlah kami anak yang berbakti pada orangtua kami.


رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين

عِبَادَالله! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

.***

Halaman:

Editor: Iing Irwansyah

Sumber: lecture.ub.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah