Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian

- 30 Juni 2022, 12:27 WIB
Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian
Teks Khutbah Idul Adha 2022: Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian /Sunardi Panjaitan/jurnalmedan.com
AKSARA JABAR - Artikel ini menyajikan teks khutbah Idul Adha terbaru 2022 tentang Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian dan Kesungguhan.

Teks khutbah Idul Adha ini bisa dijadikan bahan rujukan untuk siapa saja yang membutuhkan, terutama bagi Anda yang akan menjadi khotib pada saat perayaan hari Idul Adha 1443 H.

Dirangkum dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), Kemenag menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 Hijriyah jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022. Dengan ditetapkannya awal Dzulhijah ini, maka Hari Raya Idul Adha 1443 H jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022.
 
Baca Juga: Kemenag Telah Terbitkan Surat Edaran Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha dan Kurban Tahun 2022

Berikut teks khutbah Idul Adha 2022 tentang Ketika Idul Qurban Menyeru Langkah Menggapai Kemuliaan Berpangkal Pada Kepedulian dan Kesungguhan, dilihat Aksara Jabar dari laman lecture.ub.ac.id pada Kamis 30 Juni 2022 karya Yasa BDY.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Khutbah Pertama

اللهُ أَكْبَرُ ×٣ اللهُ أَكْبَرُ ×٣ اللهُ أَكْبَرُ ×٣ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

أَمَّا بَعْدُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فيا عباد الله أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى الله حقّ تقاته فقد فاز المتقون

Idul Adha bertandang untuk kesekian kalinya kepada umat manusia, khususnya yang beriman, bawakan pelajaran bermakna penuh mutiara hikmah di antara syiar-syiar agama yang paling mulia.

Idul Adha bawakan suasana hari-hari Allah, menyajikan pengertian, manusia hanyalah makhluk lemah yang kelak akan dihimpunkan di hadapan Kemahabesaran dan Kemahakuasaan ALLAH.

IdulAdha bersambutkan kalimat utama, berupa talbiyah, takbir, tahlil dan tahmid yang terbit dari hati, disuarakan pada lisan mukmin sejati diikuti tasbih makhluk semesta yang tunduk kepada-Nya.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id rahimakumullah,

Dalam beberapa hari terbilang, dari para hamba yang ikhlas memenuhi panggilan Rabb mereka, bergemuruh tiada terputus bacaan talbiyah yang membahana mengatasi garangnya padang-padang gersang negeri Hijaz. Dalam waktu bersamaan, di seantero jagad raya berkumandang takbir, tahlil dan tahmid bergaung mengangkasa, sahut menyahut, dan akan berlanjut sampai sempurnanya hari tasyrik.

Setiap bacaan yang dipilih oleh Allah bagi hamba-Nya manakala diucapkan dengan sepenuh jiwa diikuti penghayatan akan maknanya pastilah menggetarkan kulit dan jiwa sekaligus melahirkan kedamaian dan ketentraman disebabkan besarnya magnet ilahiyah yang dipancarkan oleh Allah lewat kalimat-kalimat yang agung nan suci itu. Gema bacaan yang telah menyentuh setiap dinding dan sudut-sudut semesta, dan menembus hati orang-orang yang beriman menambahkan kesadaran:

Allah Maha Besar di atas segala pembesar-penyandang gelar yang pernah ada di muka bumi ini.


Allah Maha Kuasa di atas segala penguasa yang pernah angkuh bertahta di muka bumi ini.

Allah Maha Adil di atas segala pengadilan yang pernah ditegakkan di muka bumi ini.

Allah Maha Kasih di atas segala pengasih yang pernah hadir di muka bumi ini.
Allah Maha Berkehendak mengatasi kehendak siapapun di muka bumi ini Dan hanyalah pada yang MAHA ESA DAN PERKASA, Allahu Jalla Jalaalah.

Diri lemah bergantung dalam ketundukan, pasrah bersandar pada kebaikan-Nya.
Harapkan bimbingan dan pertolongan-Nya di setiap itikad, langkah dan tindak perbuatan.

Hanya panggilan-Nya yang diutamakan daripada panggilan siapapun yang ada di jagad raya ini.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Hamba-hamba Allah kekasih Allah yang berbahagia,

Sejarah kemanusiaan telah mencatat dengan tinta emas, Bapak Tauhid yang mendapat gelar Khalilullah, Nabi Ibrahim as beserta keluarganya yang menjadi teladan manusia sepanjang masa. Sebagaimana Allah tegaskan di dalam Al-Quran:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ

“Sungguh di dalam diri pribadi Ibrahim itu terdapat teladan yang baik untukmu” (QS AL-Mumtahanah: 4)

Menilik pribadi Nabi Ibrahim as dan keluarganya yang dengan ikhlas dan tanpa ragu telah rela membunuh akunya sendiri, mencampakkan segala kepentingan dan egoisme pribadi, menunjukkan tekad membaca, kesediaan bekerja keras penuh kesungguhan, guna menegakkan perintah Allah yang berdampak pada kemakmuran hunian hidup, sungguh merupakan teladan yang terbaik bagi hamba beriman. Bagaimana seorang Ibrahim as mampu menekan rasa sayang, rasa memiliki, rasa iba, dan mengabaikan berbagai perasaan manusiawi lainnya sehingga dengan kemantapan hati dan tiada ragu hendak mengorbankan putra tunggalnya kala itu demi terjunjung tinggi wahyu Ilahi.

Bagi Nabi Ibrahim as, tidaklah terlalu berat beban yang ditanggung apabila ia diperintahkan untuk membunuh dirinya sendiri. Tetapi perintah yang sampai kepadanya adalah mengorbankan putra tunggal yang disayanginya, yang baru beberapa saat bertemu kembali setelah ditinggal selama bertahun tahun semenjak masa bayinya dalam perantauan dakwah.

Putra yang dibesarkan dengan ketangguhan dan perjuangan keras seorang Ibu teladan, Siti Hajar yang berjiwa besar dan penuh ketabahan, rela menapaki derita demi kemenangan dan kebahagiaan nanti. Lebih-lebih sang putra itu senantiasa dia mohonkan dalam doa-doanya agar dihadirkan sebagai generasi penerus perjuangannya. Hanyalah iman dan taqwa, yang membuatnya mampu tetap tegar dalam menjalankan tugas yang sangat berat bagi seorang ayah: menyembelih putra kandung dengan tangannya sendiri.

Akan halnya Nabi Ismail as, bagaimana ia bisa begitu pasrah, di kala usianya masih belia, bersedia mengorbankan diri, menyerahkan batang lehernya untuk digorok oleh ayahandanya sendiri dengan penuh kesabaran dan tawakal. Apa yang ada dalam pikiran dan hati anak yang beranjak remaja tersebut ketika diberitahu bahwa ia akan dikorbankan untuk menjunjung tinggi perintah Allah? Rupanya sikap dan nilai-nilai aqidah yang dimiliki ayahnya berkembang pula pada diri pemuda ini. Dia adalah pemuda yang berprinsip: hidup dalam pijakan, tatapan, dan langkah pasti; bukan sebagai pemuda yang tidak berpendirian, tidak tahu jalan hidup, yang terombang-ambing oleh setiap gejolak yang berkembang.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Jamaah Shalat Id rahimakumullah,

Pemuda berpendirian adalah pemuda harapan, karena kemenangan di masa mendatang hanyalah dapat diraih apabila dirintis sejak masih muda. Kita pun bisa menelusuri sepak terjang N.Ibrahim sejak masih muda. Al-Quran pun banyak membeberkan kiprah kaum muda yang menjadi monumen sejarah gemilang di sepanjang zaman. Lihatlah bagaimana Al-Quran mengisahkan:

قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ

Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim" (QS Al-Anbiya: 60)

Berapa usia seorang pemuda (fata)? Paling tidak usianya pada saat itu 16 tahun. Ibrahim di usia muda telah menunjukkan keberaniaan dan kegigihannya untuk mengubah lingkungan yang penuh dengan kesyirikan dan kemaksiatan. Perhatikan pula para pemuda Kahfi yang menghadapi berbagai permasalahan di tengah-tengah lingkungan yang rusak. mereka telah beriman kepada Allah padahal usia mereka di bawah 20 tahun.

نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَاَهُمۡ بِالۡحَـقِّ‌ؕ اِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ اٰمَنُوۡا بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنٰهُمۡ هُدًى‌ۖ

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS Al-Kahf: 13)

Yaitu, pemuda yang berusia antara 16 hingga 17 tahun. Mereka adalah pemuda yang berpendirian kokoh, bertekad baja dan memiliki kesungguhan dalam berbuat. Perhatikan baik-baik, wahai para pemuda! Nabi Yahya as masih kecil telah bersungguh-sungguh:

 يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْحُكْمَ صَبِيًّا

“Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak” (QS Maryam: 12)

Hidup taat, tekun beribadah, gigih berdakwah bukanlah perintah yang dikhususkan kepada orang dewasa dan orang tua. Justru vitalitas dakwah dan pergerakan banyak bertumpu pada kaum muda. Tengoklah sejarah bangsa kita sendiri. Siapa yang berikrar setia dalam sumpah pemuda, siapa yang mendorong dan mempersiapkan kemerdekaan negeri, siapa yang lebih banyak gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa dalam memperjuangkan dan mempertahankan negeri ini. Jawabnya: para pemuda yang semenjak dini telah menanamkan tekad untuk berbakti diikuti kesungguhan dalam mewujudkan cita.

Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menyeru kita berbuat dengan sungguh sungguh, menjauhkan diri dari bermain-main, karena kemenangan hanya milik orang yang memiliki kesungguhan. Perhatikanlah Bani Israil yang tidak berbuat dengan kesungguhan ketika Nabi Musa as menyeru kepada mereka, "Masuklah ke tanah suci!" Jawaban mereka terdapat di dalam ayat:

قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ

Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” (QS Al-Maidah: 24)

Perhatikan ketidaksungguhan Bani Israil dan apa akibatnya, sebagaimana yang terdapat di dalam ayat:

قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيۡهِمۡ‌ اَرۡبَعِيۡنَ سَنَةً‌‌  ۚ يَتِيۡهُوۡنَ فِى الۡاَرۡضِ‌ ؕ فَلَا تَاۡسَ عَلَى الۡقَوۡمِ الۡفٰسِقِيۡ

(Allah) berfirman, "(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu." (QS Al-Maidah: 26)

Mereka tidak akan dapat masuk ke Palestina, Al-Quds, selama 40 tahun. Mengapa? Karena 40 tahun merupakan waktu yang cukup untuk mengubah sebuah generasi, karena generasi pada saat itu tidak mempunyai kesungguhan. Mereka tidak mempunyai kesungguhan terhadap diri sendiri dan terhadap Allah SWT.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu

Wahai para pemuda! Mungkin, kalian bertanya, "Mengapa himbauan selalu diarahkan kepada para pemuda?" Karena kalian mewakili 70% penduduk masyarakat kawasan Timur. Sedangkan para pemuda di kawasan Barat hanya mewakili 30% penduduknya, apakah kalian memahami arti ungkapan ini? Di abad mendatang, vitalitas, energi dan kekuatan berada di tangan umat Islam, ketika kita memiliki banyak para pemuda yang penuh vitalitas.

Namun apa yang menjadi kekhawatiran? Angka 30% di Barat lebih banyak pengaruhnya apabila dibandingkan dengan 70% yang terdapat di dalam diri umat Islam. Angka 70% di dalam diri umat Islam tidak ada apa-apanya di hadapan 30% Barat. Lantas apa solusinya? Padahal kita akan membangun umat.

Kalian mungkin bertanya, "Mengapa harus para pemuda?" Renungkanlah! Anak-anak kecil yang sehat, belum dapat berpikir. Sedangkan orang tua yang bijaksana, secara fisik sudah tidak kuat lagi. Jika demikian siapa lagi yang dapat diharapkan? Tentunya yang sehat dan bijaksana. Siapa lagi kalau bukan para pemuda. Harta yang paling berharga yang dimiliki suatu umat adalah para pemudanya.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Jamaah Shalat Id rahimakumullah,

Nasib Bangsa Terletak di Tangan Pemuda. Standar sebuah bangsa atau umat dapat dilihat dari para pemudanya. Para ilmuwan sosial dapat berhitung apakah suatu negara dapat tetap eksis dan hingga kapan atau kapan sebuah negara akan runtuh, dapat dilihat dari perubahan dan bagaimana gaya hidup pemudanya.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Rad: 11)

Apakah kalian percaya bahwa yang dikerjakan para ilmuwan sosial sekarang, membuat rekayasa penghancuran, telah dilakukan 1400 tahun yang lalu? Kalian mungkin akan bertanya, "Bagaimana bisa?"

Belajarlah dari sejarah, bagaimana Andalusia runtuh setelah berjaya selama 800 tahun.

Orang-orang Portugal ingin mengusir kaum Muslimin dari sana. Apa yang mereka lakukan? Sebelumnya, orang-orang Portugal tidak dapat mengirimkan pasukannya sebelum mereka yakin kekuatan kaum Muslimin telah melemah. Mereka mengadakan studi banding tentang perhatian para pemuda. Mereka terus berusaha mengotori pemahaman para pemuda. Selagi dilihat para pemuda lebih banyak berlomba dalam bidang ilmu dan olah kepandaian, para mata-mata menyarankan tidak melakukan penyerangan. Namun ketika mereka mendapati banyak pemuda sedang berlomba dalam bidang sastra dan banyak terbuai oleh roman picisan, sampai pada suatu saat, mata-mata itu melihat bahwa perhatian para pemuda amatlah buruk dan kepedulian sosialnya rendah, sehingga didapat oleh seorang pemuda sedang menangis.

Mereka bertanya, "Mengapa engkau menangis?" Pemuda itu menjawab, "Teman wanitaku telah meninggalkanku." Mendengar jawaban pemuda tersebut, mata-mata itu bergegas kembali menemui orang-orang Portugal dan berkata, "Sekarang kalian dapat menyerangnya." Begitulah yang terjadi, setelah menetap selama 800 tahun, mereka dapat mengusir kaum muslim hanya dalam waktu tiga bulan. Dengan apa? Dengan memperhatikan dan merusak gaya hidup para pemuda. Nyatalah kebenaran Firman Allah

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Rad: 11)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu
Jamaah Shalat Id rahimakumullah,

Memang tidaklah semata-mata hancur dan dan bangkitnya suatu umat bertumpu pada pemuda. Secara prinsip, menyangkut mentalitas. Kemuliaan dan kehormatan akan hilang apabila nilai kesungguhan telah tercerabut dari akar kehidupan umat. Dan, kita pun sudah tidak lagi bersungguh-sungguh dalam banyak hal, padahal tidak mungkin ada perubahan tanpa adanya kesungguhan.

Pemuda yang sepanjang hidupnya hanya bermain, semalaman nge-game online maka ketika saat ujian tiba, dia akan berlaku curang. Ini menunjukkan ketidaksungguhan pemuda tersebut. Dia sangat ceroboh dan tidak peduli. Berapa banyak lulusan perguruan tinggi yang hanya menjadi pengangguran.

Bagaimana umat ini akan menang jika para pemuda turut serta dalam keruntuhan umat? Bahkan para guru di berbagai jenjang pendidikan turut membantu kecurangan para murid. Jika Anda bertindak seperti guru tersebut, berarti Anda telah mencetak sebuah generasi yang sembrono, suka mengikuti hawa nafsu dan nekad, sebuah generasi yang tidak mempunyai kesungguhan. Para orang tua murid pun membantu anak anaknya dalam pelajaran yang menipu tersebut dengan mengambil alih tugas anak karena dikuasai berhala nilai dan pujian prestasi.

Halaman:

Editor: Iing Irwansyah

Sumber: lecture.ub.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x