Pengamat Sebut Wacana Impor Beras 1 Juta Ton Perjudian Besar di Tengah Stok Beras Masih Menumpuk di Bulog

- 19 Maret 2021, 13:23 WIB
Ilustrasi stok beras.
Ilustrasi stok beras. /Pixabay/mlproject/



AKSARA JABAR- Impor beras mengancam keberlangsungan serta kesejahteraan para petani Indonesia.

Polemik impor beras 1 juta ton belakangan ini tengah menjadi sorotan publik.

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori mengatakan Perum Bulog masih kesulitan untuk mengeluarkan stok di gudang.

Baca Juga: Kode Redeem FF Terbaru 19 Maret 2021, Segera Klaim! Dapatkan Gun Skin dari Garena, Bikin Musuh Langsung Knock

Hal itu Ia katakan mengingat tidak adanya pasar untuk penyaluran beras yang tepat.

"Penyaluran outlet yang pasti tidak ada, ini kan perjudiannya semakin besar. Itu potensi untuk tidak terurus semakin besar," kata Khudori sebagaimana dikutip Aksara Jabar dari laman ANTARA.

Khudori menjelaskan semenjak pemerintah mengubah kebijakan bantuan tunai dalam bentuk raskin dan rasta pada tahun 2017, Bulog saat ini seperti kehilangan pasar.

Baca Juga: Tak Ingin Beras Impor Masuk ke Wilayahnya, DPRD Jawa Barat: Petani Jawa Barat Bisa Kena Hantaman Bertubi-tubi

Padahal menurutnya, Bulog selalu mendapat penugasan setiap tahunnya harus menyerap beras dari petani.

Hal tersebut guna sebagai cadangan untuk menjaga pasokan dan stabilisasi harga beras.

Dengan kondisi kelebihan stok itulah yang menyebabkan Bulog masih menumpuk stok di gudang.

Selain itu penugasan untuk impor beras pun menjadi sulit untuk dilakukan.

"Bulog itu menyerap beras produksi domestik dalam jumlah kecil, karena sepertinya tidak ingin berjudi," ujar Khudori.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Drama Turki Zalim Hari Ini 19 Maret 2021 : Apakah Cenk Berhasil Membunuh Nedim?

Ia menambahkan, jika beras dalam jumlah banyak sedangkan pasar untuk penyalurannya sedikit maka Bulog harus bertarung dengan pelaku usaha lain.

"Kalau beras dalam jumlah banyak, terus outlet penyalurannya semakin kecil, bahkan tidak ada, dia harus bertarung dengan pelaku usaha yang lain," ujarnya.

Khudori memastikan belum ada izin yang dikeluarkan pemerintah terkait rencana impor beras.

Apalagi idealnya impor dilakukan pada Agustus-September setelah musim panen raya.

"Impor itu keputusannya bisa dibuat di Agustus atau September karena pada saat itu kita akan tahu kira-kira produksi kita bagus atau tidak, cukup atau tidak. Padi itu ada tiga siklus, siklus pertama itu panen raya. Panen raya itu terjadi antara Februari sampai Mei," tuturnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 19 Maret 2021, Scorpio dan Libra Ada Masalah Cinta

Dilaporkan sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengaku kesulitan menyalurkan beras yang ada di gudang.

Budi menjelaskan, hal itu terjadi lantaran ketiadaan pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun setelah adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Kondisi itulah yang membuat Bulog masih berpikir ulang untuk melaksanakan penugasan impor beras.

Ditambah lagi saat ini mulai memasuki masa panen raya padi di seluruh Indonesia.

Tercatat hingga 14 Maret 2021, persediaan beras di gudang Bulog mencapai 883.585 ton.

Adapun rinciannya yaitu sebanyak 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan 23.708 ton stok beras komersial.

Baca Juga: Jadwal Acara TVRI 19 Maret 2021 : Alll England Masih Tayang Mulai Pukul 17.00
Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini, terdapat beras turun mutu eks impor beras tahun 2018 sebanyak 106.642 ton.

Jumlah beras turun mutu tersebut merupakan bagian dari total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.***

Editor: Igun Gunawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x