Update Kasus Ibu Hamil Meninggal, Bupati Subang akan Berikan Sanksi Kepada RSUD: Tergantung Hasil Audit

10 Maret 2023, 14:19 WIB
Bupati Subang Ruhimat saat menyambangi rumah ibu hamil yang meninggal karena ditolak RSUD Ciereng. /Aksara Jabar/Andi Permana/

AKSARA JABAR - Bupati Subang Ruhimat akan melayangkan sanksi kepada RSUD Ciereng Subang terkait kasus ibu hamil meninggal. 

Hal itu ia sampaikan saat melaksanakan takziah ke rumah korban bersama Direktur Utama RSUD Ciereng dan Kepala Dinas Kesehatan di Kp. Citombe, Desa Buniara, Tanjungsiang, Subang, Jumat, 10 Maret 2023.

"Sanksi ya tergantung, kami sedang melakukan audit. Mudah-mudahan ini jadi cermin apa yang terjadi," ujar Ruhimat. 

Baca Juga: Soroti Kasus Ibu Hamil Meninggal di Subang, BPJS Kesehatan Sebut Pasien Gawat Darurat Tak Perlu Surat Rujukan

Dalam kesempatannya, Bupati yang akrab disapa Kang Jimat itu juga menyampaikan belasungkawa dan mendoakan almarhumah serta keluarga korban. 

"Hari ini tentunya saya melaksanakan takziah kepasa keluarga korban. Mudah-mudahan dengan takziah ini betul-betul bisa menguatkan keikhlasan, kesadaran untuk keluarga yang ditinggalkan, demikian pula untuk almarhum semoga Allah ampuni dosa-dosanya," ucapnya. 

Dengan peristiwa ini, ia berharap tidak ada lagi ibu hamil yang bernasib sama. 

Ia pun meminta kepada Dirut RSUD untuk memberikan layanan yang lebih prima dengan menambah ruang ICU. 

Baca Juga: Kasus Kematian Ibu Hamil di Subang Jadi Sorotan Istana, Bupati Sebut Sebagai Pembelajaran

"Saya akan perintahkan kepada Pak Direktur supaya paling tidak April ini sudah bisa ditambah untuk pelayanan ICU," ungkapnya. 

"Gimana caranya ruang ICU tidak ada lagi istilah kekurangan," sambungnya. 

Sementara itu, Dirut RSUD Ahmad Nasuhi menanggapi permintaan Bupati Subang soal penambahan ruang ICU. 

"Itu pasti (tambah ruang ICU), perintah Bupati menambah ICU, insya Allah bulan April ini selesai," katanya. 

Baca Juga: Imbas Kebakaran Depo Plumpang, Erick Thohir Copot Direktur Pertamina

Kronologi Kasus Kematian Ibu Hamil

Diketahui, kasus meninggalnya ibu hamil karena ditolak RSUD Subang itu diungkap oleh suami korban, Juju (46). 

Juju menjelaskan kronologi penolakan oleh RSUD Subang hingga menyebabkan sang istri, Kurnaesih (39) meninggal pada 16 Februari 2023 lalu. 

Menurut Juju, almarhumah hendak melahirkan karena usia kandungannya sudah sembilan bulan.

Namun, istrinya itu mengalami demam dan kejang-kejang sehingga awalnya dibawa ke Puskesmas dan akhirnya harus dibawa RSUD Subang.

Juju mengatakan, saat di RSUD Subang, istrinya yang sedang dalam kondisi kritis itu tidak mendapatkan tindakan sama sekali. 

Ia menjelaskan, istrinya itu sempat diterima oleh IGD RSUD Subang, namun akhirnya ditolak ketika akan dibawa ke ruang Ponek di malam yang sama dengan alasan belum ada konformasi. 

"Di UGD diterima Alhamdulillah, pas dibawa ke ruang Ponek disitu ditolak, alasannya belum ada konfirmasi dari Tanjungsiang (Puskesmas), kondisinya sudah kritis," kata Juju saat ditemui di kediamannya, Jumat 3 Februari 2023.

Baca Juga: Pasca Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Polda Metro Jaya Periksa 24 Saksi

Setelah mendapat penolakan dari pihak rumah sakit, bidan desa yang juga mendampingi lantas menyarankan ke pihak keluarga agar langsung membawa pasien ke Bandung menggunakan ambulans Puskesmas Tanjungsiang sekitar pukul 21.00 WIB.

"Terus langsung disuruh bawa ke Bandung kata ibu bidan," ucapnya. 

Namun kondisi pasien yang sudah kritis, ia tidak bisa lagi bertahan lama hingga akhirnya meninggal dunia saat dalam perjalanan ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. 

Tanggapan Kadinkes Subang

Kepala Dinkes Subang dr Maxi mengatakan korban datang ke RSUD Ciereng dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. 

"Dia (Kurnaesih) sedang mengalami permasalahan ketuban pecah, muntah darah dan pingsan," ucap dr Maxi saat konferensi pers di ruang rapat Bupati, Senin, 6 Maret 2023.

Baca Juga: 214 Warga Subang Keracunan Makanan, 14 Orang Dirawat Inap, Dinkes Duga Ada Infeksi Bakteri

Kemudian, dr Maxi menerangkan riwayat korban dua hari sebelum meninggal. 

Menurut informasi yang ia dapat, korban sempat diurut bagian perutnya. 

"Sehingga bagi kami orang medis, sangat mencurigai bahwa ini telah terjadi pelepasan plasenta yang sifatnya parsial. Ari-ari lah kalau kita sebutnya," ungkapnya. 

Hal inilah yang ia prediksi menyebabkan kondisi korban menjadi kritis. 

"Karena pelepasan plasenta yang sifatnya total, sekali lepas, gak nyampe 10 menit (bertahan hidup)," jelasnya.***

Editor: Andi Permana

Tags

Terkini

Terpopuler