Kesenjangan Sosial Atau Jaga Jarak?

- 2 April 2020, 15:21 WIB
IMG-20200402-WA0031
IMG-20200402-WA0031

Salah satu Pekerjaan Rumah Kita yg paling substansial dan tdk kelar2 adl menciptakan keadilan sosial. Puluhan tahun kesenjangan sosial begitu tinggi di Republik ini.
Yg saya pahami, ketimpangan sosial adl hasil dr kombinasi beberapa variabel. Bisa dr skema fundamentalisme pasar, kebijakan pengetatan anggaran. Dan yg paling fundamental bahkan mengerikan adl krn penguasaan sumber daya negara melalui praktik2 olah2 rente oleh aliansi elite bisnis-politik serta ketimpangan kepemilikan tanah alias oligarki. Melawan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme adl Pekerjaan Rumah yg tdk ada habisnya.

Sejak dulu baik world bank maupun credit suisse mempunyai angka yg tdk jauh bergeser, sekitar 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 49-50% dr total kekayaan nasional.
Ketimpangan sosial berjalan perlahan tapi pasti. Jarak antara si miskin dan si kaya, proletar dan borjuis selalu kentara.

Sebelum adanya social distancing akibat wabah covid-19, Bangsa ini sudah mengalami social distancing secara kelas sosial terlebih dahulu sejak puluhan tahun yg lalu. Ada kaum ningrat/menak, partikelir dan ada rakyat jelata. Ada borjuis, menengah dan proletar!

Terlepas urusan kesenjangan sosial menjadi urusan negara, tetapi persoalan sekat secara psikologis ini bukanlah persoalan sederhana. Ketika warga borjuis dan kelas menengah yg memiliki ciri 'pemain aman' benar2 menginginkan social distancing dgn 'Work From Home' dan 'Stay at Home' berjalan, apakah mereka juga berpikir untuk mengaktifkan prinsip keadilan sosial bagi warga miskin di lingkungannya?
Apakah setiap warga kelas elit dan menengah sdh bergerak untuk memastikan tetangga/warga di lingkungannya agar keluarga miskin tidak sakit ataupun meninggal dunia karena kelaparan dlm masa social distancing?

Apabila egoisme kelas msh tetap bertahan dgn memperhatikan keselamatan kelas sosialnya sendiri dgn 'Work From Home' dan 'Stay at home'. Lalu siapa yg bisa menahan si miskin/proletar/kaum kelas bawah untuk tetap di rumah sambil menahan perut mereka dan anak istri mereka kelaparan? Jangankan utk mengikuti himbauan pemerintah dan kelas elit/menengah agar membeli masker dan hand sanitizer yg harganya membumbung tinggi (bahkan kepala daerah pun ada yg mematok harga mahal utk rakyatnya). Untuk membeli beras 1/2 - 1 liter saja mereka belum tentu bisa. Ini nyata dan fakta! dak akan menyerah begitu saja.

Kaum kelas menengah cengeng pasti akan berteriak diawal 'Negara harus hadir untuk rakyatnya (sambil hujat sana hujat sini tanpa tau aturan main bgmn teknis pengeluaran anggaran)!'. Tetapi substansinya bukan disitu. Bisakah Kita saling memperkuat empati untuk berbagi untuk selamatkan hidup mereka yang lbh sulit secara ekonomi darimu?! Kebaikan untuk mereka sama dengan menyelamatkan kemuliaan hidupmu juga!”

Setau Sy di dalam Agama Islam, kepemilikan harta itu 'We Have But Nothing'. Intinya harta Kita adalah titipan dr yang maha kuasa. Keshalehan sosial kita sangat berkaitan dgn Ibadah ritual Kita. Tidak ada harta yg bukan titipan dari Tuhan! Itulah Islam yg Sy pahami
Pancasila pun apabila diperas menjadi satu sila yaitu 'Gotong Royong'. Karena itu adalah modal sosial Kita menjadi Bangsa yang besar.
28 Oktober 1928 Kita berikrar menjadi sebuah bangsa! 18 Agustus 1945 Kita bersepakat hidup dlm sebuah Negara dgn nama Republik Indonesia! Apa modal utamanya? Bukan apa agamamu? Apa suku bangsamu! Tapi Gotong Royong!

Sekali Bersaudara, Selamanya Kita Bersaudara! Kikis ketimpangan sosial disekitar kita dengan berbagi. Dalam diam kita berbagi dgn sesama, kpd org2 terdekat di lingkungan Kita. Apabila ada yg menjadi ketua RT/RW di daerahnya semoga lebih peduli dgn membuat program kreatif tanpa menunggu uluran tangan pemerintah. Agar keberlangsungan kehidupan terus berlanjut menjadi harmoni yang tidak bisa dipatahkan oleh siapapun

Tulisan ini sbg empati, kesedihan dan kerinduan berkumpul bersama kawan2 dan sahabat yg hari ini masih bergelut mencari orderan penumpang dan berdagang di jalanan kota yg sepi.

Bandung, 02 April 2020
Muhammad Farid
Kord Gerakan Harmoni Bangsa

Editor: Aksara Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Arogansi dan Barbarianisme Politik

7 Oktober 2020, 15:01 WIB

42 Tahun FKPPI

14 September 2020, 14:05 WIB

Dilema Pembalajaran di Masa Pandemi

7 September 2020, 13:14 WIB

Begini Cara GPII Membumikan Pancasila

11 Agustus 2020, 16:39 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah