Dampak Negatif terhadap Indonesia, atas Perang Dagang Antara Amerika Serikat VS China

- 28 Januari 2020, 20:50 WIB
IMG-20200128-WA0058
IMG-20200128-WA0058

Perang dagang anatara Amerika Serikat dan China kini semakin memanas, penguasaan ekonomi global anatara kedua negara tersebut, semakin terlihat dengan mulai saling menerapkan tarif-tarif tambahan terhadap komoditas yang sudah berlaku efektif sejak awal September 2019 lalu.

Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah menilai gesekan kedua negara tersebut tentu berdampak negatif terhadap perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, perlambatan ekonomi global saat ini terjadi pun disebabkan perang dagang antara AS dan China.

Sehingga dampak dari perlambatan ekonomi global kemudian menyebabkan harga dan permintaan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia semakin tersungkur. Yang berdampak pula terhadap sulitnya perkembangan ekonomi Indonesia secara global untuk bersaing dengan negara lainnya.

Kemudian akan menyulitkan perusahaan-perusahaan untuk bersaing dalam perang dagang ini, jikalau ada perusahaan yang bisa memanfaatkan perang dagang tersebut, maka tidak akan bisa bertahan lama.

Solusi yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengahadapi dampak perang dagang anatara Amerika Serikat dan China, yaitu dengan memanfaatkan sumber-seumber yang ada di dalam negri, dan di kelola dengan baik, sehingga Indonesia tidak akan ketergantungan terhadap negara-negara lain.

Perseteruan dimulai saat kedua negara tersebut salaing menerapkan tarif imopr anatar Amerika Serikat dan China.

Seperti diketahui, Pemerintah Trump mulai menerapkan tarif 15 persen terhadap impor barang dari China senilai lebih dari USD 125 miliar (sekitar Rp 1,7 kuadriliun), termasuk pada pengeras suara canggih, pengeras suara praktis Bluetooth dan banyak jenis alas kaki.

Sebagai balasan, Beijing mengenakan tarif 5 persen atas minyak mentah AS mulai 1 September. Inilah pertama kalinya minyak AS dikenai tarif sejak kedua negara perekonomian terbesar dunia itu mulai melancarkan perang dagang lebih dari satu tahun lalu.

Presiden AS Donald Trump bulan lalu mengatakan ia akan meningkatkan tarif 5 persen senilai USD 550 miliar atas impor barang-barang dari China setelah Beijing mengumumkan tarif pembalasannya terhadap barang-barang AS.

Tarif 15 persen oleh AS atas telepon seluler, komputer jinjing, mainan dan pakaian akan mulai berlaku pada 15 Desember.

Editor: Aksara Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Arogansi dan Barbarianisme Politik

7 Oktober 2020, 15:01 WIB

42 Tahun FKPPI

14 September 2020, 14:05 WIB

Dilema Pembalajaran di Masa Pandemi

7 September 2020, 13:14 WIB

Begini Cara GPII Membumikan Pancasila

11 Agustus 2020, 16:39 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah