Mengejutkan Hasil Survei IPO: 43 Persen Pemilih Belum Tahu Jadwal Pemilu

- 4 Juni 2022, 18:27 WIB
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah /Istimewa/Aksara Jabar

AKSARA JABAR — Sebanyak 43 persen pemilih ternyata belum mengetahui jadwal perhelatan Pemilu dan Pilpres yang akan dihelat pada 14 Februari 2024.

Hal ini terkuak dari Hasil survei Indonesia Political Opinion (IPO) nasional pada Mei 2020.

"Jumlah tersebut terbilang sangat besar sehingga ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera direspon pemerintah dan penyelenggara pemilu," ujar Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah dalam keterangan tertulisnya. Sabtu 4 Juni 2022.

Baca Juga: Survei IPO Mei 2022: Popularitas Puan Maharani Ungguli Ganjar Pranowo

Baca Juga: Hukum Salat Gaib Menurut Madzhab Imam Syafi'i dan Penjelasan Buya Yahya

Baca Juga: 10 Kalimat Inspiratif yang Akan Membuat Hidup Lebih Bersemangat, Cocok untuk Obat Galau Berbagai Usia

Meski demikian, lanjut Dedi, 74 persen responden setuju jika Pemilu dan Pilpres diselenggarakan pada 14 Februari 2024.

"Hanya 18 persen yang sangat tidak setuju, dan 8 persen yang tidak setuju."

Survei tersebut dilaksanakan pada 23-28 Mei 2022 dengan teknik wawancara penelitian hybrid secara tatap muka sebanyak 480 responden, dan sambungan telepon.

Baca Juga: Mengharukan, Nabila Pacar Eril Meluapkan Isi Hati: I Love You Ril, You’Are Gonna Live Forever In Me

Baca Juga: Nostalgia Drama Itaewon Class, Promosikan 5 Tempat Paling Eksotik di Korea

Baca Juga: Ridwan Kamil Tiba di Bandung Langsung Gelar Pengajian, Ariel Mendoakan Dari Jauh

Berdasarkan hasil survei tersebut, sumber informasi politik publik lebih banyak dari media konvensional. Televisi mendapat penilaian tertinggi sebagai media paling banyak dijadikan sumber informasi politik.

Sebesar 36 persen publik menggantungkan sumber informasi politik dari televisi, sementara surat kabar hanya dijadikan referensi oleh 7 persen publik. Masyarakat yang masih menjadikan radio sebagai sumber informasi politik sebesar 11 persen, media sosial 23 persen, media pemberitaan online 13 persen, media luar ruang 2 persen, sementara 8 persen masih mengandalkan tokoh masyarakat sebagai sumber informasi.

Dedi menerangkan, kondisi itu membuktikan jika konsumen media konvensional masih cukup kuat, karena media sosial dan online yang selama ini terkesan menguasai informasi tidak juga mendapatkan persepsi dominan.

“Konsumen media massa masih cukup banyak, bahkan masih yang paling dipercaya. Tiga besar televsisi yang paling banyak dijadikan rujukan adalah Tv One, yakni sebesar 13.9 persen, di susul Metro Tv 7.7 persen, dan MNC TV 4.3 persen,” jelas dia.

Demikian halnya media cetak surat kabar, Dedi menuturkan bagi kelas sosial tertentu masih cukup diminati. Media sosial dan online ia yakini berhasil memberikan informasi yang cepat dan banyak, tetapi untuk memastikan kebenaran informasi publik masih menggantungkan pada media massa.

“Media massa dalam catatan IPO masih cukup diminati, terutama soal kepastian kebenaran informasi yang disampaikan, sehingga ini memicu konsumen media untuk tetap bertahan pada publikasi-publikasi media massa yang ada, bahkan Radio sekalipun terbukti masih lebih unggul dari surat kabar,” terang Dedi. ***

Editor: Igun Gunawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah