Briptu Shinta Pebriani, Dulu Diremehkan sebagai Bhabinkamtibmas Perempuan, Kini Disayang dan Dipercaya Warga

20 Juni 2022, 15:46 WIB
Bhabinkamtibmas Polsek Pagaden, Briptu N Shinta Pebriani (28) saat membujuk lansia di Desa Sukamulya untuk mendapatkan vaksinasi Covid 19. /Aksara Jabar/Tiara Maulinda

AKSARA JABAR - Bhabinkamtibmas perempuan bisa apa? Memang kalau kegiatan malam bisa datang? Bisa perempuan menyelesaikan masalah masyarakat?

Kalimat-kalimat tersebut seakan jadi "makanan" sehari-hari Briptu N Shinta Pebriani (28) yang berprofesi sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di wilayah hukum Polsek Pagaden, Subang.

Tentu tidak mudah menjalani profesi yang lekat dengan kesan maskulin di tengah budaya patriarki yang masih dianut sebagian besar masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Kapan Idul Adha 2022? Ini Jadwal Sidang Isbat oleh Pemerintah, Muhammadiyah Sudah Tetapkan Pada 9 Juli 2022

Dipandang sebelah mata dan dianggap tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki menjadi tantangan tersendiri bagi perempuan.

Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi perempuan yang akrab disapa Briptu Shinta ini dalam menjalankan tanggungjawab tugasnya sebagai Bhabinkamtibmas. Briptu Shinta layak menjadi inspirasi karena berani mendobrak pandangan minor terhadap Polwan.

"Ada saja yang menyepelekan perempuan. Dibilang perempuan tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Kita buktikan saja dengan tindakan dan aksi nyata. Alhamdulillah masyarakat juga bisa menilai sendiri," tuturnya kepada Aksarajabar.com.

Briptu Shinta mengakui bahwa tantangan terberat bagi Polwan adalah ketika harus menjalankan tugas namun tetap harus menanggung beban sosial dan budaya sebagai seorang perempuan.

Hebatnya, Briptu Shinta kini mampu membuktikan bahwa perempuan juga mampu menjalankan tanggungjawab sebagai Bhabinkamtibmas. Stereotipe perempuan yang sering dianggap lemah dibandingkan lawan jenisnya kini seakan sudah tidak berlaku.

"Sekarang masyarakat malah berbalik memiliki kepercayaan terhadap saya. Mereka bilang hebat ya perempuan ternyata lebih cepat bereaksi. Malah sekarang masyarakat sendiri yang menolak ketika akan ada mutasi wilayah kerja saya. Mereka sampai buat pernyataan tidak mau ganti Bhabinkamtibmas," ujarnya.

Baca Juga: Antisipasi Peningkatan Kasus Covid-19, Polres Subang Gelar Gebyar Vaksinasi

Sejak awal, Shinta muda tidak pernah berpikir akan menjadi Polwan. Seperti kebanyakan anak-anak lain, Shinta memiliki cita-cita menjadi tenaga kesehatan atau profesi lainnya.

"Awalnya saya tidak kepikiran untuk daftar Polwan karena tinggi badan saya hanya 158cm," ujar perempuan berlesung pipi itu sembari tersenyum.

Kemudian di fase akhir remajanya, ia memutuskan menempuh pendidikan bidan di salah satu universitas di Bandung untuk mewujudkan mimpinya. Namum, ditengah perjalanan, Ia dan dua orang temannya memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai Polwan.

Dari ketiga sahabat itu, hanya Shinta seorang yang terpilih menjadi Polwan. Meskipun awalnya ia tak percaya diri dengan tinggi badannya yang di bawah rata-rata. Tapi di tujuh tahun lalu itulah, Shinta resmi mengabdikan diri sebagai Polwan di Polres Subang.

"Saat itu saya memilih meninggalkan pendidikan bidan saya dan mengabdikan diri sebagai Polwan," ucapnya dengan nyala di matanya.

Setelah tiga tahun mengabdi di Polres Subang, perempuan beranak satu itu diutus mengabdikan diri di Polsek Pagaden sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Sukamulya Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang.

Baca Juga: Dinkes Subang Konfirmasi tidak Ada Kasus Cacar Monyet di Kecamatan Cipunagara

Ditasbihkan sebagai Bhabinkamtibmas, tak membuatnya canggung dalam melaksanakan tugas. Meskipun, katanya, di masa awal baktinya, ia mesti beradaptasi dengan tugas Babinkamtibmas yang harus siap mengayomi masyarakat selama 24 jam.

Penasbihannya sebagai Bhabinkamtibmas perempuan, bukan tanpa alasan. Pasalnya, di periode sebelum ia menjabat sebagai Bhabinkamtibmas, konflik antar pemuda, lembaga masyarakat, dan premaninasi kerap terjadi di Wilayah Desa Sukamulya.

Namun, setelah Shinta hadir sebagai Bhabinkamtibmas, dengan sosok keibuannya ia bisa menengahi konflik tersebut.

Bhabinkamtibas perempuan selalu mengedapankan perasaan dalam bertindak. Kaum wanita, remaja , dan ibu-ibu bisa lebih terbuka dan tidak canggung dalam bercerita sehingga bisa merangkul semua kalangan dan lebih cepat mengenal permasalahan yang terjadi di masyarakat," tutur ibu dari satu orang anak tersebut

Selama empat tahun masa baktinya sebagai Bhabinkamtibmas, Shinta terbilang berhasil dalam menjaga ketertiban di wilayah desa yang ia bina.

Karena setiap harinya, Shinta selalu melibatkan masyarakat di desa binaannya dalam melakukan kegiatan sosial baik dari penanganan sampah, ketertiban desa, hingga penanaman pohon.

Baca Juga: HUT Pamanukan ke 112, Bupati Subang: Masyarakat Harus Kreatif

Semua itu, kata Shinta, berkat bantuan dan kepercayaan masyarakat kepada dirinya dalam hal menjaga keamanan di Desa Sukamulya.

Briptu N Shinta Pebriani (28) saat memimpin kegiatan Jumat bersih bersama warga Desa Sukamulya. /Foto: Dok. Pribadi

Dengan mata berkaca-kaca, Shinta bersyukur atas kesempatannya menjadi Babinkamtibmas, karena dengan tugas tersebut ia juga bisa bernostalgia dengan para bidan desa yang dulu sempat ia mimpikan.

"Pada dasarnya, kita akan kembali kepada masyarakat, dengan begitu saya merasa senang menjadi Babinkamtibmas karena sosialisasi kepada masyarakat itu tidak ada pendidikannya," ucap Shinta.

Dalam kesehariannya, Polwan yang merupakan anak bungsu dari pasangan Suhanda (68) dan Junengsih (56) ini menggagas berbagai macam program yang mampu menjawab permasalahan masyarakat.

Saat ini Briptu Shinta sedang menjalankan program pengelolaan sampah organik untuk dijadikan pupuk. Langkah ini dilakukan Briptu Shinta dengan pertimbangan sebagian besar masyarakat di Desa Sukamulya, Kecamatan Pagaden, Subang berprofesi sebagai petani.

“Selain itu untuk mendukung program pemerintah dalam menekan angka stunting, saya aktif berdiskusi dengan para ibu dalam rangka pemenuhan gizi anak-anak, khususnya Balita. Posyandu juga menjadi kunci penting dalam penyadaran kasus stunting yang masih tinggi,” jelas Shinta.

Baca Juga: Disdikbud Subang Beri Opsi Sistem MBS Jika Guru Honorer Belum Terakomodir

Shinta mengaku tidak mudah membagi waktu atas pekerjaannya yang tak mengenal waktu dengan perannya sebagai seorang istri dan juga ibu. Namun dirinya menyebutkan bahwa komunikasi menjadi kunci kesuskesan Shinta menjaga relasi dengan keluarga dan pekerjaannya.

“Membagi waktu untuk keluarga memang tidak mudah. Tapi bagi saya adalah yang terpenting selalu menyempatkan komunikasi. Setiap hari mendengarkan cerita anak dan suami walaupun lewat telfon maupun secara langsung. Yang penting tetap dilakukan konsisten sesibuk apapun harus menyempatkan karena keluarga adalah tempat sebaik-baiknya kita kembali,” tutur Shinta.

Di akhir perbincangan, Shinta juga memberikan pesan untuk para kaum perempuan untuk tidak menghentikan langkahnya dalam mewujudkan segala hal yang diimpikan. Meskipun perjalanannya akan lebih sulit, namun Shinta meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi jika kita berusaha.

“Kita sebagai perempuan jangan terhenti hanya karena kita perempuan. Kita buktikan kalau kita bisa menjadi apa yang kita mau. Jadilah seseorang yang bisa bermanfaat bagi semua orang dimanapun kita berada,” tandasnya.***

Editor: Tiara Maulinda

Tags

Terkini

Terpopuler