5 Tanaman Pencegah Erosi dan Bencana Alam, Salah Satunya Menanam Akar Wangi

4 Februari 2021, 19:22 WIB
RUNPUT vertiver atau Akar Wangi Chrysophogon Zizaionides memiliki fungsi pencegah longsor atau banjir dan menjernihkan air. /heriyanto/

AKSARAJABAR- Di Indonesia sudah mulai musim penghujan, sebagian besar wilayahnya bisa terdampak erosi dan bencana alam. Sebelum hal tersebut terjadi semakin meluas, upaya pencegahan dan penanganan bisa dilakukan dengan cara menanam berbagai tumbuhan berakar kuat.

Manfaat dari tumbuhan berakar kuat selain memiliki nilai ekologis juga bernilai ekonomis karena bisa dengan mudah tumbuh secara alami dan mudah didapatkan.

 

Sejumlah hasil penelitian menganjurkan wilayah yang rawan erosi (bencana tanah longsor dan banjir sering diawali dengan terjadinya erosi di dataran yang lebih tinggi) ditanami sejumlah tanaman pencegah erosi.

Baca Juga: Live Streaming Ikatan Cinta Malam Ini 4 Februari 2021, Aldebaran Peluk Andin, Apakah Ini Pertanda Baikan?

 

Sebagaimana dikutip aksarajabar.pikiran-rakyat.com dalam postingan yang diunggah akun Instagram @jabarprovgoid pada 24 Januari 2021 lalu, berikut 5 tanaman pencegah erosi dan bencana. 

Akar Wangi

Akar Wangi atau dikenal dengan istilah alamiahnya “Chrysopogon zizanioides” yang berasal dari India, ditanam di dataran tinggi atau di hulu sungai. Alasan mengapa harus menanam akar wangi, karena akar wangi tumbuh pada ketinggian 500-1.000 meter di atas permukaan laut. Dapat tumbuh di lahan marjinal, kering dan tercemar. Toleran terhadap perubahan iklim. Tahan terhadap hama, penyakit dan api. Bisa mereduksi pencemaran limbah kimia.

Kelebihan Akar Wangi akarnya bisa mencapai kedalam 6 meter, berfungsi seperti kolom-kolom beton rapat yang menah tanah tidak longsor, dan mampu mereduksi laju erosi hingga 90% bila tutupan daun mencapai 70%.

Baca Juga: Jumat 5 Februari 2021 Potensi Hujan Pagi Hingga Malam Hari di Wilayah Subang dan Sekitarnya

Akar wangi sudah mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 2000, diterapkan di Bali dan di sepanjang Sungai Ciliwung-Depok sejak 2013. Kekurangan akar wangi hanya sebagai solusi jangka pendek (hidupnya hanya 9 bulan).

Petai Cina

Di luar khasiatnya, tanaman ini bermanfaat sebagai pencegah erosi, karena fungsinya sebagai tanaman penutup tanah (cover corps). Petai cina atau disebut juga lamtoro memiliki komposisi yang baik sebagai tanaman pelindung. Misalnya, tegakan yang padat (lebih dari 5.000 pohon per hektare) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 meter kubik per hektare per tahun.

Baca Juga: Rp4 Miliar untuk Operasional dan Honorarium Penanganan Jenazah Covid-19 di Bandung Dititipkan

Pohon lamtoro yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm. Jika ditanam di dekat-dekat pohon lainnya, maka pohon di sampingnya akan kekurangan sinar matahari. Oleh sebab itu, biasanya lamtoro ditanam sebagai pohon pelindung/peneduh, dan untuk menanggulangi terjangan angin ribut.

Kopi

Tanaman kopi terbukti efektif mencegah erosi lantaran memiliki tajuk batang berlapis sehingga kopi mampu melindungi tanah dari tetesan air hujan langsung. Pohon kopi juga pandai mengikat tanah karena memiliki akar tunggang yang menghujam ke tanah hingga kedalaman 3 meter. Selain itu pohon kopi juga memiliki akar lateral sepanjang 2 meter. Ditanam berbagai daerah yang notabene memiliki kontur tanah bertebing.

Jengkol

Baca Juga: Xiaomi Mi 11 Siap Masuk Indonesia dalam Waktu Dekat Ini, Cek Tanggal Rilisnya

Pohon Jengkol dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 mdpl. Jenis tanah yang baik adalah tipe latosol, jika jengkol ditanam di tanah berpasir maka pertumbuhannya tidak akan optimal. Habitat pohon jengkol cocok berada di wilayah beriklim C dan D dengan kondisi lembab atau agak lembab. Tumbuhan jengkol tidak terlalu cocok dengan kondisi kemarau yang panjang. Tanaman yang dapat tumbuh hingga 26 meter ini memiliki cabang yang menyebar dan terlihat tidak terlalu rimbun.

Alpukat

Persea americana atau alpukat adalah pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian 20 meter. Daunnya tumbuh secara beraturan dengan ukuran panjang sekitar 12 cm hingga 25 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang tidak terlalu mencolok, warnanya kuning kehijauan, serta berukuran kecil antara 5 mm sampai 10 mm.

Baca Juga: Tanggulangi Banjir Luapan Sungai Citepus, Pemkot Bandung Kesulitan Tertibkan Bangunan di Bantaran Sungai

Tanaman alpukat sangat bernilai dan mempunyai nilai komersil tinggi. Oleh karena itu, tanaman ini berpotensi untuk dibudidayakan, khususnya di kawasan tropis dan mediterania.

Nah, penjelasan diatas setidaknya bisa membantu pencegahan daerah yang sering terkena erosi dan bencana alam. Tetap hati-hati bagi kalian yang tempat tinggalnya rawan erosi dan bencana alam, semoga artikel ini bermanfaat.***

Editor: Iing Irwansyah

Sumber: Jabarprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler