Nilai ini tergambar pada Surat Yusuf Ayat 4 dan 5;
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
Artinya; "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku,” (QS Yusuf; 4).
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya; Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (QS Yusuf; 5)
Dari Surat Yusuf Ayat 4 menyebutkan mimpi yang diperoleh Nabi Yusuf adalah murni dari Kebesaran Allah SWT, bukan mimpi datangnya dari setan.
Menurut Tafsir Al-Quran Kemenag, dari mimpi Nabi Yusuf itu sudah dilambangkan bahwa sebelas bintang, yang sujud kepadanya adalah saudara-saudaranya. Sedangkan matahari dan bulan adalah lambang dari kedua orang tuanya.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, dari kebesaran mimpi itu Nabi Yusuf tidak boleh menyombongkan diri karena dia merupakan orang-orang yang terpilih di sisi Allah SWT.
Sementara dari Surat Yusuf Ayat 5 menyebutkan, apabila kita mendapatkan mimpi, janganlah hal itu diceritakan kepada siapapun karena belum tentu benar, dan dikhawatirkan akan terjadi perselisihan.
Baca Juga: Doa Sholat Dhuha Lengkap dengan Niat, Waktu, dan Tata Cara Pelaksanaan Sholat