Save the Children Gelar FGD Siaga Pandemi Corona bagi Anak Usia Dini

- 15 Maret 2020, 08:14 WIB
IMG_20200375_080619803
IMG_20200375_080619803

Bandung - Menanggapi darurat wabah virus corona, Save the Children Indonesia bersama dengan PPPPTK TK-PLB Kemdikbud, telah berhasil menyelenggarakan “Workshop dan FGD tentang Siaga Bencana dan Antisipasi Virus Corona bagi anak TK/PAUD”, pada hari Kamis-Jum’at (12/3/2020), di Aula Pendidikan PPPPTK TK-PLB, Lt. 3, Jl. Dr. Cipto No. 9 Bandung.

Sebagai organisasi penggerak, Save the Children sendiri bermula tahun 1919 didirikan oleh Eglantyne Jebb untuk membantu anak-anak korban Perang Dunia I. Di Indonesia sendiri, Save the Children telah bekerja membantu anak-anak sejak tahun 1976. Secara entitas lokal, Save the Children dikenal sebagai Yayasan Sayangi Tunas Cilik.

Adapun PPPPPTK TK-PLB (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-kanak dan Pendidikan Luar Biasa) merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan khusus untuk guru TK dan PLB. Unit pelaksana teknis ini berada di bawah Dirjen GTK. Setiap tahun, lembaga ini melatih guru-guru TK dan guru SLB dari seluruh Tanah Air.

“Acara ini merupakan praktik baik bagi dunia pendidikan. Isu sekolah siaga bencana perlu terus disosialisasikan kepada guru-guru dan siswa di tingkat TK. Ditambah sekarang lagi santer wabah virus Corona-19, tentu harus menjadi konsen pemerintah,” ujar Abu Khair, Kepala Pusat PPPPTK TK PLB Kemdikbud dalam pidato pembukaannya.

“Kegiatan ini bersifat sharing and learning. Artinya kehadiran Save the Children pada dasarnya ingin berbagi tentang hasil yang telah dikerjakan dan ingin memastikan bahwa pengalaman dan keahlian yang dimiliki bisa tersampaikan kepada masyarakat luas,” tegas Imelda Tirra Usnadibrata, Head of Education Save the Children Indonesia.

Meski belum mengikuti langkah negara lain dengan kebijakan lockdown, pemerintah Indonesia pun telah melakukan upaya preventif. Di lingkungan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah mengeluarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan, yang telah ditujukan pada semua pihak yang menaungi bidang pendidikan.

Bahkan sampai tulisan ini diturunkan, kota Solo dan DKI Jakarta telah melakukan upaya preventif dengan meliburkan sekolah dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat masal.

“Dengan kondisi geografis dan demografis Indonesia, tentu sinergitas antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatn perlu diperkuat. Tujuannya agar segenap usaha dapat dilakukan secara optimal. Pada dasarnya, Save the Children Indonesia telah menyiapkan buku panduan Kesiapsiagaan Bencana bagi orang tua, guru, dan siswa,” ujar Rina Utami, Koordinator Sinergy Project Save the Children Indonesia yang oleh teman-temannya biasa dipanggil Mak Rinut.

“Poin pentingnya, jika terjadi lockdown seperti negara lain, meski masih memungkinkan, perlu dipikirkan bagaimana upaya memindahkan kegiatan belajar dari sekolah ke rumah masing-masing secara individual bisa berhasil,” tegas Mbak Rinut di hadapan widyaiswara PPPTK TK-PLB dengan semangat.

Materi lain disampaikan oleh Agnes Widyastuti, Koordinator CEF Project Save the Children Indonesia. Dalam pemaparannya, Agnes menjelaskan bahwa Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko Bencana (PRB), atau biasa disebut dengan Pendidikan Kebencanaan untuk mendorong terwujudnya Satuan Pendidikan Aman Bencara (SPAB).

Pendidikan Kebencanaan sangatlah penting mengingat kondisi geografis dan alam Indonesia yang sangat rentan/rawan terhadap bencana alam, khususnya banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsumani, letusan gunung berapi, dan angin puting beliung,” jelas Agnes dengan atraktif.

“Terkait dengan adanya wabah virus Corona-19, semuanya mungkin masih berpikir tidak mungkin, tetapi kita harus siap menghadapi semua kemungkinan,” cetus Agnes menimpali penjelasan Mbak Rinut.

Dari peserta yang diikuti parawidyaiswara TK, tercetus beberapa hal penting, di antaranya bahwa jika terjadi lockdown dan siswa TK dirumahkan akibat wabah virus Corona-19, maka beberapa usaha yang bisa dilakukan antara lain pelaksanaan pembelajaran berbasis media sosial, optimalisasi fungsi TV edukasi, dan inovasi sumber belajar oleh guru-guru TK. Selain itu, perlu sinergitas antara guru dan orangtua demi memastikan proses pembelajaran berjalan lancar.

“Guru-guru TK secara umum masih berusia muda, artinya memungkinkan untuk pemakaian media dan sumber belajar berbasis medsos atau internet” ujar salasseorang peserta workshop, Yuli Rianawati, S.T., Kasi Program PPPTK TK-PLB.

Simpulan awal dari hasil workshop dan FGD, pada dasarnya semua sepakat bahwa PAUD Aman Bencana perlu disosialisasikan lebih luas lagi. Di sini tentu perlu penguatan aspek koordinatif dan sinergitas antara lembaga pemerintah dengan organisasi masyarakat. Tentu kegiatan atas kemitraan Save the Children dan PPPPTK TK-PB ini, menjadi praktik baik sekaligus usaha preventif agar tidak panik menghadapi segala kemungkinan bencana dan wabah corona. (Dh)

Editor: Aksara Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah