AKSARA JABAR- Hujan Bulan Juni adalah puisi masyhur karya seorang pujangga berkebangsaan Indonesia, Sapardi Djoko Damono.
Puisi Hujan Bulan Juni, sering dibacakan pada acara-acara pentas seni dan kebudayaan yang biasa digelar universitas-universitas yang ada di Indonesia.
Bukan hanya itu, Hujan Bulan Juni juga dijadikan sebuah karya musikalisasi puisi oleh grup musik AriReda.
Baca Juga: Hujan Bulan Juni, Mengenang Puisi Karya Sapardi Djoko Damono di Awal Bulan Juni 2022
Karya ini, menjadi persembahan rasa bangga dan hormat AriReda terhadap sang pencipta, Sapardi Djoko Damono.
Suara merdu dan irama musik yang syahdu menghantarkan kaum pendengar pada kenyamanan yang khidmat.
Perlahan-lahan kekhidmatan ini lebih terasa sakral, apabila dinikmati di tempat yang pas bersama orang yang pas, terlebih di Bulan Juni ketika hujan turun.
Di tempat-tempat nongkrong anak muda seperti cafe, bahkan gunung sekalipun, tidak sedikit mereka yang mendengar alunan musikalisasi puisi Hujan Bulan Juni.
Bagaimana tidak, puisi ini tercipta dari tangan dingin seorang Profesor yang pernah mengenyam pendidikan Sastra di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tidak hanya sampai disitu, Hujan Bulan Juni pernah di alih wahana menjadi film yang dibintangi oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia, dengan judul yang sama pada lima tahun silam.
Sapardi, begitu ia disapa, lahir di Ngadijayan, Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940. Sapardi mulai menyukai dunia kepenulisan sejak duduk di bangku sekolah menengah.
Nama Sapardi diambil dari bulan kelahirannya yakni bulan Safar dalam kalender Jawa.
Orang Jawa percaya, anak yang lahir pada bulan tersebut konon akan menjadi orang pemberani dan teguh dalam pendirian.
Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat menginjak usia yang ke-80 tahun, pada Minggu, 19 Juli 2020 di Tangerang Selatan.
Meski telah berpulang, nama Sapardi tetap harum berkat karya-karyanya, salah satunya Hujan Bulan Juni, terutama bagi mereka yang notabene memiliki jiwa seni dan sastra.
Berikut puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono:
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu.***