"Kok mau? Pasti ada sesuatu dalam klub, minimal pasti ada tapi tidak mesti. Ini kembali kepada mental si pemain. Tapi kalau klub-klub besar cukup jarang di Indonesia," kata dia.
Ketua PSSI pun mencontohkan salah satu match fixing yang dilakukan mafia bola dengan memengaruhi pemain, seperti yang terjadi di Perserang Serang.
Baca Juga: Kantongi Lisensi AFC, Persib Bandung Berpeluang Wakili Indonesia di Ajang AFC Club Competitions 2022
Iwan Bule mengurai, ada enam pemain Perserang yang diindikasi menerima suap dari luar agar timnya kalah dalam pertandingan yang diinginkan si mafia bola.
"Kita belum bisa membuktikan uangnya ada atau tidak, tapi dia ngaku dihubungi seseorang melalui telepon private number untuk dalam pertandingan, dia mengalah," bebernya.
Baca Juga: Saling Lapor, Aldebaran dan Pak Irvan Adu Bukti di Sinopsis Ikatan Cinta 21 Januari 2022
Ketua PSSI mengaku tidak mengetahui besaran pasti uang yang ditawarkan dalam match fixing dari mafia bola kepada pemain tersebut.
Namun menurutnya, uang yang ditawarkan mafia bola tidak terlalu besar, yakni antara puluhan hingga ratusan juta untuk satu kali pertandingan.
Baca Juga: CPNS 2022 Apakah Ada? Pemerintah Pastikan Tidak Ada Rekrutmen CPNS di 2022, Ini Penjelasan Menpan RB