Produsen Plastik PT Artha Kartika Putra Dukung Ekonomi Sirkular Wujudkan Isu Planet Berkelanjutan

- 2 Juli 2022, 14:15 WIB
Untuk Memberi Data Sampah Plastik yang Akurat, Plastic Finance Daur Ulang Sampah Lewat Sistem Blockchain
Untuk Memberi Data Sampah Plastik yang Akurat, Plastic Finance Daur Ulang Sampah Lewat Sistem Blockchain /Dok. Plastic Finance



AKSARA JABAR - PT Artha Kartika Putra (PT AKP) mendukung penuh ekonomi sirkular jadi fokus penting gulirkan isu planet berkelanjutan (sustainable planet).

Ekonomi Sirkular menjadi salah satu topik pilihan pada pertemuan Forum Pra KTT ke Tiga Y20 Indonesa di Balikpapan pada Mei 2022 lalu.

Fokus ekonomi sirkular menjadi krusial dilakukan demi isu planet berkelanjutan (sustainaible planet) menyelamatkan alam semesta dari ragam residu yang dapat mempercepat kerusakan bumi.

Di Indonesia sendiri, sampah plastik menjadi hal yang perlu ditangani secara serius dan segera, hanya 10 persen sampah plastik yang telah didaur ulang.

Lalu bagaimana nasib 90 persen sampah plastik Indonesia yang belum atau tidak diproses daur ulang?

Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis data bahwa sampah plastik Indonesia di laut mencapai 6,8 juta ton per tahun.

Kondisi tersebut memicu PT Artha Kartika Putra (PT AKP) -sebagai produsen produk plastik- menaruh perhatian besar atas solusi sampah plastik.

Oleh karena itulah, Pemilik sekaligus Dirut PT AKP Yanto Widodo sangat mendukung terwujudnya isu ekonomi sirkular yang digulirkan para delegasi muda di Forum Pra KTT ke Tiga Y20 Indonesa itu.

"Tentu saja hal tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama terutama pihak-pihak terkait yang memiliki peran besar tekait regulasi, produksi, pengguna, maupun pihak yang memang bertugas memroses akhir terkait sampah di Indonesia," ucap Yanto Widodo beberapa waktu lalu.

Yanto Widodo merasa sangat berkepentingan terhadap program-program terkait penganganan akhir sampah plastik.

Menilik perhatian delegasi muda Y20 pada kebijakan penangan sampah plastik, PT Artha Kartika Putra sebagai produsen tutup botol galon air Danone Group menyambut baik usulan itu.

"Kami menyambut gembira meningkatnya kesadaran untuk membangkitkan tema ekonomi sirkular ini," ucap Dirut PT AKP.

"Kami berharap Forum Y20 dan G20 dapat menumbuhkan kesadaran daur ulang limbah plastik semakin besar," imbuh Pemilik PT AKP yang merintis usahanya sejak Tahun 1984 itu.

Konsep ekonomi sirkular mencakup alur produksi, "dari raw material, masuk ke production dan remanufacturing, distribusi, konsumsi, sampai menjadi limbah, dan didaur ulang kembali".

Menurut Yanto, konsep di atas dapat membantu upaya penyelamatan lingkungan dari sampah plastik.

"Selain itu, juga akan sangat membantu perekonomian bangsa," tegas Yanto Widodo.

PT AKP sejauh ini telah tumbuh menjadi salah satu produsen terbesar berbahan baku plastik di Indonesia.

PT AKP juga bergerak di bidang molding workshop dilengkapi mesin CNC (Computer Numerical Control), milling, CNC Blathe, mesin bubut, mesin grinding dan lain-lain.

Yanto berhasil membawa perusahaannya menjadi mitra produksi sejumlah nama besar perusahaan yang bergerak dalam bidang air minum dalam kemasan (AMDK) seperti Danone Group dan PT Sosro.

Lebih lanjut, dijelaskan Yanto terkait produk plastik yang dihasilkan PT AKP.

"Tutup galon dibuat dari bahan HDPE (High Density Polyethylene), materialnya kaku, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Meski demikian, bahan HDPE tetap mudah untuk didaur ulang," terangnya.

Kemudian Yanto Widodo mencontohkan kesuksesan daur ulang sampah plastik dari limbah produk yang di hasilkan PT AKP.

"Limbah tutup galon plastik dapat didaur ulang menjadi sejumlah produk, di antaranya seperti karung beras, asbak dan berbagai kerajinan lainnya. Hasil produk kerajinan dari daur ulang tutup botol sudah dapat diekspor loh," pungkas Yanto Widodo.

Sebelumnya, tema ekonomi linier dan edukasi terkait ekonomi sirkular menjadi topik pilihan yang diusung delegasi muda yang hadir pada pembukaan Pra KTT III Y20 di Balikpapan, pada 21 Mei 2022 lalu.

Data berbagai riset menunjukkan pola buat-gunakan-buang pada produk plastik hanya memicu konsumsi berlebih sekaligus produksi limbah plastik yang berlebihan.

Atas dasar itu mereka kemudian menyusun rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan hidup untuk menjadi fokus perhatian dan kebijakan para pemimpin G20.

***

Editor: Iing Irwansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah