Maka jika urusan hati dikaitkan kepada Allah, maka manusia akan tau jika semua akan ada imbalannya.
Maka jika diuji, ketenangan didapat berdasarkan harapan yang ditaruh. Jika harapannya dari awal disandarkan pada Allah, maka akan menemukan ketentraman.
Ketenangan juga bisa diraih dengan duduk bersama orang-orang shalih, di tempat yang Allah turunkan kecintaan.
Banyak merenungi bagaimana kehidupan nanti di akhirat, mengaitkan semua yang didapat dengan akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sebuah nasehat kepada sahabat Abu Dzar,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati. Sedangkan fakir adalah fakirnya hati.” (HR. Ibnu Hibban)
“Semoga Allah menjaga hati kita, agar senantiasa indah bersama Allah,” tutup Buya di akhir sesi.***