Sampah Plastik Masih Jadi Masalah Pelik di Indonesia, Dapatkah EPR dan Ekonomi Sirkular Menjadi Solusi?

- 10 November 2022, 16:15 WIB
Sejumlah anak mencari sampah plastik  yang berserakan di  Pantai Kampung Makassar Timur, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis 20 Oktober 2022
Sejumlah anak mencari sampah plastik yang berserakan di Pantai Kampung Makassar Timur, Kota Ternate, Maluku Utara, Kamis 20 Oktober 2022 /ANDRI SAPUTRA/ANTARA FOTO

AKSARA JABAR - Meski beberapa regulasi telah diterbitkan, persoalan sampah plastik di Indonesia hingga saat ini masih menjadi permasalahan pelik dan membebani lingkungan.

Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, jumlah timbulan sampah di Indonesia mencapai 29,8 juta ton sepanjang 2021.

Dari jumlah tersebut, 17,54 persennya merupakan sampah plastik.

Menyadari persoalan sampah plastik merupakan bom waktu yang harus diperhatikan tidak saja hanya oleh regulator, pihak swasta pun mulai aktif mengampanyekan penanganan sampah plastik dan memberi edukasi ke publik di negara berpenduduk sekitar 270 juta jiwa ini.

Sebuah survei yang dilakukan oleh sebuah media massa menunjukkan sampah plastik menjadi salah satu pencemar Sungai Ciliwung, dengan volume yang cukup besar tercecer di area bantaran maupun aliran sungai yang membelah ibu kota Indonesia tersebut.

Kasubdit Tata Laksana Produsen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ujang Solihin Sidik mengatakan pemerintah kerap mengingatkan bahwa pelaku industri memiliki peranan penting untuk mengimplementasikan praktik usaha yang bertanggung jawab.

KLHK, tambahnya, telah konsisten mendorong pelaku usaha bertanggung jawab mengelola bisnis mereka dan mewajibkan korporasi untuk menekan persoalan lingkungan dari sampah kemasan.

Hal ini diatur dalam Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Ujang Solihin menjelaskan bahwa bisnis dan lingkungan harus berjalan beriringan sesuai prinsip ekonomi berkelanjutan, sebab bisnis takkan bisa bertahan lama tanpa memperhatikan lingkungan.

"Sinergi profit dan planet itu penting," kata Ujang di Jakarta, Rabu 12 Oktober 2022, seperti dilansir ANTARA.

Halaman:

Editor: Iing Irwansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x