Jejak Air, Jejak Aksara: Narasi Awal Komunitas Sastra Kuluwung

Aksara Jabar - 14 Jun 2025, 08:00 WIB
Editor: Tim Aksara Jabar
Pementasan tarawangsadari Katara Badranaya Dokumentasi kegiatan Soilstice 2023 dalam Kuluwung Arsip/
Pementasan tarawangsadari Katara Badranaya Dokumentasi kegiatan Soilstice 2023 dalam Kuluwung Arsip/ /Instagram/@kuluwung/

AKSARA JABAR - Kawan Akbar, jika kamu mendengar kata Kuluwung, mungkin bayangan pertama yang muncul adalah bambu yang gemetar oleh angin, menyalurkan air dari mata air ke sawah, dari kolam ke kehidupan.

Tapi di Singaparna, Tasikmalaya, kata ini menjelma makna lain. Ia bukan sekadar benda, melainkan semangat: semangat untuk mengalirkan gagasan, mempertemukan suara-suara yang tersebar, dan merajut kembali harapan dalam bentuk kata, nada, dan aksi.

Baca Juga:

Mengapa Wanita Bangsawan Inggris Suka Pakai Topi? Ini Sejarah dan Filosofinya!

Jumat Berkah: Tradisi Mulia Penuh Pahala yang Hidup di Tengah Masyarakat Nusantara

Awal Mula Komunitas Sastra Kuluwung

Komunitas Sastra Kuluwung tak lahir dalam gegap gempita. Ia bermula dari tahun 2014, dari sekelompok pelajar di beberapa sanggar kesenian sekolah yang saling berjejaring. Menurut Diwan Masnawi—pendiri komunitas kepada Aksara Jabar melalui pesan aplikasi Whats App pada 13 Juni 2025—saat itu tidak ada ambisi besar, hanya keinginan sederhana untuk saling berbagi ruang ekspresi antar sesama pencinta seni.

Tahun 2015 menjadi tonggak penting, ketika mereka menggelar Fine Della Storia, konser musikalisasi puisi yang dibarengi diskusi kebudayaan, mengundang sanggar se-Priangan Timur. Dari sana, benih mulai bertunas. Walau masing-masing anggota harus meninggalkan Tasik untuk menempuh studi di berbagai kota—Yogyakarta, Jakarta, Malang, Semarang, dan lainnya—rasa memiliki terhadap tanah kelahiran tetap tumbuh subur.

“Setiap libur kuliah, kami pulang. Dan ketika pulang, kami membawa gagasan dari tempat kami belajar,” ujar Diwan. Tahun 2017 mereka menyatukan kembali langkah lewat event Wiyata Buana #1, yang menggabungkan nilai budaya lokal dan kesadaran lingkungan. Kala itu, mereka masih bernaung di bawah nama Komunitas Azan.

Baru pada 3 Agustus 2018, wajah baru itu resmi diperkenalkan: kuluwung.com, sebuah laman sastra, dan sekaligus nama baru bagi komunitas ini—Komunitas Kuluwung.

Halaman:

Tags

Terkini