Mandalawangi dan lembah para dewa yang sedang rindu halimun pekat yang sedang rindu padang subur yang sedang rindu embun pagi dan, yang sedang rindu bunga edellweis
datanglah kepadanya takala surya sebelum pergi dari peraduannya dan senja masih dalam garis jajarnya niscaya mata takan lepas dari romansanya
Suryana Kencana… Mandalawangi ada dingin yang menusuk tulang ada wangi dan hamparan bunga abadi ada gugusan lapisan dan jajaran gunung Gede dan Pangrango
kini kami mengerti, bagaimana kamu soe Hok Gie, dan sahabatmu lama tak beranjak dari lembah ini mengubah sepi menjadi puisi kata menjadi karya dan dikusi menjadi aksi
antara mandalawangi dan surya Kencana diantara lembah-lembah para dewa kami ingin kembali lagi dan lagi dalam sepi yang merubah rindu dan angin yang mencipta dingin
Diambang Mati
Senja masih terpatri pada sore itu Kegelisahan menjadi cakrawala Kadung bulan menggantikannya Pada bait-bait ini, aku hidup tapi tak hidup
Ketakutan ini menjadi sumber malapetaka Takala bunga-bunga gugur Musim kemarau tergantikannya Lama dan hilang
Ingin rasanya kembali mengubah bentuk menjadi suci seperti segumpal awan tinggi, jauh dan meneduhkan Melindungi orang-orang yang aku cintai Menghilangkan bentuk-bentuk dilema ini Lama dan abadi
telah sampai pada ujungnya Masih bersama sendu dan sedan ini Kini, Hampir tiba waktunya Diambang hidup Diantara mati
Pilihan untuk di Lahirkan
tak ada manusia bernegosiasi dengan tuhannya dilahirkan dalam bentuk terbaik menurut kaumnya pun tak ada manusia merencanakan jalan hidupnya sebelum terjun ke dunia gemuk atau kurus hitam atau putih normal atau cacat pun kaya atau miskin sehat atau berpenyakit yang terpenting bagaimana menjadikan hal buruk mengubah bentuk menjadi hal baik karena boleh jadi tak menentukan dari rahim mana lahir yang penting usaha dan kerja keras mampu memperbaiki jika kurang mampu mengubah jika stagnan mampu melurusakan jika hilang arah dan mampu bercahaya dari gelap artinya manusia dilahirkan sama sebagai mahluk di dunia tak ada batas apapun stratifikasi dan diferensiasi adalah asumsi yang membedakan adalah penganut religinya masing-masing dan itu baik adanya.
Tentang Iin Solihin
Lahir pada tanggal 23 Agustus 1992 di Kabupaten Subang Jawa Barat Indonesia. Anak tunggal dari pasangan petani ini tumbuh dan besar di kalangan masyarakat yang pekerja serabutan.
Keluarga yang sangat sederhana. Dari kecil tak pernah membayangkan untuk berpendidikan tinggi apalagi bercita-cita menjadi orang hebat. Apalah guna masyarakat kecil bemimpi terlalu tinggi. Namun semangatnya untuk belajar mengubahnya menjadi salah satu kebanggan keluarga.
Ketika berumur 6 tahun mulai bersekolah di SDN Negeri Budi Karya, setelah lulus melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama, tepatnya di SMP Negeri 3 Subang dan lulus tahun 2008. Setelahnya meneruskan di sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Subang dan lulus pada tahun 2011. Tak terpikir untuk melanjutkan perkuliah, namun kesempatan itu ada padanya hingga ia melanjutkan perkuliahan dengan bantuan beasiswa di STKIP Subang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari kampus inilah ia mengikuti pelbagai macam pengetahuan, baik berorganisasi maupun berwirausaha.
Badan eksekutif mahasiswa sampai UKM Kesenian ia ikuti. Hingga akhirnya, hasil dari usahanya membuahkan hasil. Ia menjadi salah satu wakil Kab.Subang untuk berkunjung ke negara gajah putih, Thailand. Setelah lulus dari STKIP Subang ia mengabdi di Sekolah menengah kejuruan Kesenian Subang dan Sekolah menengah kejuruan Bina Putra Subang. Di tahun 2016 melanjutkan pendidikannya di Universitas Pasundan Bandung mengambil jurusan Magister Bahasa Indonesia dan lulus di tahun 2019. Kini a fokus mengabdi di SMK Negeri 1 Subang.