Ketua Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto : Jangan Tergoda 3 Periode Pak

- 25 Juni 2021, 19:09 WIB
Postingan Cak  Nanto
Postingan Cak Nanto /Instagram.com/cak_nanto

AKSARAJABAR - Perhelatan Pemilu tahun 2024 Sudah terasa akhir-akhir ini. masing-masing Partai Politik sudah mengambil ancang-ancang.

Menyiapkan strategi untuk kemenangan di pemilu 2024. Lembaga survay yang ikut meramaikan tentang calon yang memiliki elektabilitas tinggi bermunculan.
 
Begitupun kalangan Elit Politik yang sudah memainkan drama-drama Politik untuk mengambil hati rakyat dan Menyongsong kemenangan di 2024.
 
 
Cak Nanto yang Merupakan Ketua Pemuda Muhammadiyah pun ikut memberikan tanggapan terkait Isu 3 Periode Kepemimpinan Jokowi.
 
Unggahan dikanal Instagram resmi milik Ketua Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto Menyampaikan : 
 
"Wacana mengubah Jabatan Presiden menjadi 3 periode menurut Saya sesuatu yang setengah serius. Serius karena meskipun hari ini hal itu Inkonstitusional, namun tetap dimungkinkan konstitusi berubah," ungkapnya.
 
 
Menurutnya hal tersebut juga tidak serius, karena di era demokrasi modern siapapun berhak berpendapat dan mewacanakan sesuatu, "jadi ya biasa saja," tambahnya.
 
Sebagai Seorang yang pernah bergulat didunia kepemiluan, Saya akan melihat wacana ini dalam perspektif pendidikan politik. 
 
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa bangsa kita hari ini defisit Negarawan, Jokowi akan menjadi Negarawan jika tetap memegang teguh sikapnya untuk cukup 2 Periode saja.
 
 
Menurutnya juga, jika upaya untuk menjadi tiga periode mampu dilakukan, sesungguhnya Jokowi sedang juga memberikan Pendidikan Politik yang adi luhung. Sebagai sebuah refleksi, untuk mengingat era Soeharto.
 
"Dulu ada semacam pemeo tidak ada yang lebih baik dari Pak Harto daripada Komunis. 32 tahun Pak Harto berkuasa, lantas apa yang terjadi? Demokrasi mati, Fundamental ekonomi rapuh, oligarki tumbuh subur mereka yang kaya adalah Mereka yang berada di lingkaran Soeharto. Pada gilirannya, Mereka yang mendorong Soeharto terus berkuasa, mereka pula yang akhirnya," katanya menjatuhkannya.  
 
Pada lembar sejarah yang lain, ada pendidikan tertinggi nilai demokrasi yang dicontohkan oleh Seorang Gus Dur. Bagaimana seorang Presiden keluar dari istana dengan celana pendek untuk menjadi rakyat biasa. Seorang egaliter yang legowo, dan menempatkan konstitusi diatas hasrat diri. 
 
 
Bahkan ketika tuduhan kepada Gusdur akhirnya menjadi fitnah belaka, Gusdur tidak pernah menyalahkan pemerintah, santai saja dan tidak demo bawa masa. 
 
"Pendidikan politik ala Gusdur ini memberikan kita contoh bahwa Seorang Negarawan itu harus siap menerima dsn melepaskan. Apapun yang terjadi hukum dan UU tetap ditempatkan secara terhormat sebagai sumber menyelesaikan masalah politik. 
sama dengan sekarang era Jokowi," pungkasnya.***
 
 

Editor: Igun Gunawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah