Telah Punah Sejak 172 Tahun Lamanya, Burung Pelanduk Kalimantan Ditemukan 2 Pemuda di Kalsel

- 2 Maret 2021, 20:37 WIB
Dinyatakan punah selama 172 tahun, Burung Pelanduk Kalimantan kembali ditemukan.
Dinyatakan punah selama 172 tahun, Burung Pelanduk Kalimantan kembali ditemukan. /YouTube/ Kementerian LHK/


AKSARA JABAR – Telah dinyatakan punah sejak 172 tahun lalu, Burung Pelanduk Kalimantan (Malacocincla perspicillata) muncul Kembali. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa keanekaragaman hayati Indonesia masih ada pada bagian terdalam hutan.

Sebagaimana dikutip tim Aksara Jabar dalam postingan Instagram @kementerianlhk yang diunggah pada Selasa, 2 Maret 2021, keberadaan Burung Pelanduk Kalimantan ini ditemukan oleh dua orang warga Kalimantan Selatan (Kalsel), Muhammad Suranto dan Muhammad Rizky Fauzan pada Oktober 2020.

Kabar mengenai burung yang telah punah sejak ratusan lalu ini menjadi geger dan menjadi perbincangan dimana-mana setelah kedua penemunya berdiskusi dengan BW Galeatus dan kelompok konservasi burung Indonesia, @birdpacker dan @burungnesia.id.

Baca Juga: Dynamite Lagu Pop Terbaik di Korean Music Award, BTS Akan Gelar Konser Amal Virtual

Temuan tersebut diterbitkan dalam Jurnal BirdingASIA Volume 34 tahun 2020.

Pengendali Ekosistem Hutam Taman Nasional Sebangau, Teguh Willy Nugroho mengatakan, terdapat perbedaan mencolok pada anatomi burung yang ditemukan dengan literasi yang ada saat ini, di antaranya pada warna iris mata, paruh, serta warna kakinya,

“Itulah yang membuat identifikasi mengalami kesulitan saat pertama kali melihat morfologi burung ini,” ucap Teguh.

Kendati demikian, dia menyatakan, dengan ditemukannya Burung Pelanduk Kalimantan tentunya menjadi salah satu bukti bahwa keanekaragaman hayati Indonesia masih ada pada bagian-bagian terdalam hutan. Oleh karenanya, perlu adanya kolaborasi untuk menjaga kelestarian satwa di Indonesia.

Baca Juga: Meraih 530 Juta Pengguna Aktif per Bulan, Huawei Masih Belum Menyerah Menjual Smartphone

“Jejaring antara masyarakat lokal, peneliti pemula, peneliti profesional, serta berbagai pihak untuk dapat mengumpulkan informasi tentang keanekaragaman hayati dapat berdampak besar bagi kelestarian satwa di Indonesia,” ujarnya.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno menyampaikan, pihaknya mengapresiasi dan berterima kasih kepada para citizen science yaitu masyarakat yang bukan peneliti namun sukarela mengumpulkan dan menganalisa data ilmiah.

Halaman:

Editor: Igun Gunawan

Sumber: Kementerian LHK


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x