Meresapi Makna “Carpe Diem” dalam Lintasan Budaya Nusantara dan Ajaran Islam

Aksara Jabar - 18 Jun 2025, 10:00 WIB
Editor: Tim Aksara Jabar
Arti istilah carpe diem dan sejarah Hari Carpe Diem Nasional/Ilustrasi dari Brett Jordan/Unsplash
Arti istilah carpe diem dan sejarah Hari Carpe Diem Nasional/Ilustrasi dari Brett Jordan/Unsplash /

AKSARA JABAR - Dalam dunia sastra dan filsafat, frasa Latin “Carpe Diem” yang berarti “Petiklah Hari Ini” telah menjadi simbol dari semangat untuk hidup di masa sekarang. Frasa ini pertama kali dipopulerkan oleh penyair Romawi, Horatius, dalam Odes (23 SM), yang mengajak manusia untuk tidak menunda kebahagiaan dan keberanian dalam menjalani hidup.

Namun, apakah semangat Carpe Diem ini hanya milik peradaban Barat? Jika ditelusuri lebih dalam, semangat serupa ternyata telah lama hidup dalam budaya Nusantara dan ajaran Islam.

Baca Juga:

Minuman Tradisional Penurun Tekanan Darah Tinggi: Solusi Alami Warisan Nusantara

Mengapa Pengantin Indonesia Menggunakan Bunga Melati? Ini Sejarah dan Maknanya

Carpe Diem dalam Kearifan Lokal Nusantara

Budaya Nusantara yang kaya akan filosofi hidup sebenarnya telah mempraktikkan semangat Carpe Diem dalam berbagai bentuk. Ungkapan Jawa seperti "urip iku mung mampir ngombe" (hidup itu hanya singgah untuk minum) atau "ojo nglokro, urip kudu semangat" (jangan lemah, hidup harus semangat) mengandung pesan untuk menikmati hidup dengan sepenuh hati, karena hidup itu sementara.

Masyarakat Bali, melalui ajaran Tri Hita Karana, juga mendorong manusia untuk menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari: dengan sesama, alam, dan Tuhan. Prinsip ini mendorong masyarakat untuk tidak larut dalam masa lalu atau terlalu cemas pada masa depan, melainkan memaksimalkan kebaikan di hari ini. Begitu pula dalam falsafah Bugis “siri’ na pacce”, semangat keberanian dan harga diri dijalankan dalam tindakan nyata, bukan ditunda.

Perspektif Islam: Hidup Saat Ini untuk Akhirat

Dalam ajaran Islam, hidup hari ini bukan hanya untuk dinikmati, tetapi untuk dipertanggungjawabkan. Rasulullah SAW bersabda, “Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara...” (HR. Al Hakim), yaitu masa muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, waktu luang sebelum sibuk, dan hidup sebelum mati. Hadis ini menegaskan urgensi memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Lebih jauh, dalam Al-Qur’an surat Al-‘Asr (103:1-3), Allah bersumpah atas waktu dan memperingatkan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ayat ini menjadi pengingat kuat bahwa hidup ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan.

Halaman:

Sumber: britanica.com


Tags

Terkini