AKSARA JABAR - Setiap minggu ketiga di bulan Juni, dunia memperingati Hari Ayah Sedunia (Father’s Day) sebagai bentuk penghormatan kepada sosok ayah. Pada tahun 2025 ini, peringatan tersebut jatuh pada 15 Juni.
Momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan pengingat pentingnya peran ayah dalam pembentukan karakter dan kehidupan anak. Hari Ayah Sedunia telah menjadi bagian penting dalam budaya global, termasuk di Nusantara yang memiliki pandangan unik terhadap figur ayah.
Baca Juga:
- Rayleigh, Raja Kegelapan yang Tak Pernah Padam di Semesta One Piece
- Setetes Darah, Sejuta Budaya: 14 Juni dan Semangat Donor Darah di Tanah Nusantara
Sejarah Singkat Hari Ayah Sedunia
Hari Ayah pertama kali diperingati secara formal di Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Inisiatornya adalah Sonora Smart Dodd, seorang wanita asal Spokane, Washington. Terinspirasi oleh Hari Ibu, Dodd ingin memberi penghargaan pada ayahnya, William Jackson Smart, seorang veteran Perang Saudara yang membesarkan anak-anaknya seorang diri setelah kematian istrinya.
Peringatan pertama Hari Ayah berlangsung pada 19 Juni 1910, namun baru pada tahun 1972, Presiden Richard Nixon menetapkannya sebagai hari libur nasional di AS yang dirayakan setiap Minggu ketiga bulan Juni. Seiring waktu, Hari Ayah Sedunia menyebar ke berbagai negara, meski tanggal perayaannya bisa berbeda.
Peran Ayah dalam Budaya Global
Secara global, peran ayah terus mengalami transformasi. Jika dahulu ayah lebih dipandang sebagai pencari nafkah utama, kini perannya makin luas: pendidik, pelindung, sahabat anak, hingga partner emosional dalam keluarga. Di negara-negara Skandinavia, misalnya, pemerintah memberikan cuti ayah (paternity leave) yang setara dengan ibu sebagai bentuk kesetaraan peran pengasuhan anak.
Di Jepang, Hari Ayah dirayakan dengan memberi hadiah berupa bunga mawar atau makanan favorit sang ayah. Di India, perayaan cenderung simbolik, namun makin banyak keluarga muda yang memanfaatkannya sebagai momen quality time bersama ayah.