BI Sebut Ada 14 Sektor Usaha Butuh Stimulus Pinjaman Kredit Bank

- 3 Desember 2020, 17:01 WIB
Perajin menyelesaikan pembuatan kain Endek khas Bali dengan alat tenun tradisional di Denpasar, Bali, Senin (13/1/2020).
Perajin menyelesaikan pembuatan kain Endek khas Bali dengan alat tenun tradisional di Denpasar, Bali, Senin (13/1/2020). /Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO

AKSARAJABAR - Permintaan kredit bank kembali bergeliat, pasca kembali membaiknya penjualan dan kemampuan bayar korporasi khususnya di korporasi besar.

Meski demikian, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo seperti dilansir laman Antara. Terdapat 14 sektor usaha masih membutuhkan stimulus berupa insentif usaha, penjaminan kredit, dan subsidi bunga untuk menumbuhkan penyaluran kredit dan mendorong pemulihan ekonomi pada 2021.

Menurut dia, ke-14 sektor usaha itu terdiri atas enam subsektor yang perlu insentif usaha misalnya pajak dan kemudahan berusaha dari pemerintah agar plafon kredit yang tersedia di perbankan dapat dimanfaatkan. Dalam Buku Pertemuan Tahunan BI 2020 disebutkan enam subsektor itu adalah pertanian hortikultura, industri barang dari logam, industri kayu, industri tembakau, industri kimia, dan industri barang galian bukan logam.

Baca Juga: Nikmati Minuman Segar dan Sehat Aneka Buah Lokal di Kafe Bandung

"Ada delapan subsektor lain yang membutuhkan penjaminan dan subsidi bunga pemerintah untuk mengatasi persepsi risiko dalam penyaluran kredit," ungkapnyadalam Pertemuan Tahunan BI 2020 secara virtual di Jakarta. Kamis, 3 Desember 2020.

Delapan subsektor itu berdasarkan Buku Pertemuan Tahunan BI 2020 adalah kehutanan; tanaman pangan; tanaman perkebunan; real estate; industri furnitur; industri mesin dan perlengkapannya; pertambangan bijih logam; dan industri tekstil dan produk tekstil.

Perry mengatakan penyaluran kredit berpotensi tumbuh pada 2021 karena suku bunga acuan menurun, likuiditas melimpah hingga program restrukturisasi kredit yang diperpanjang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Baca Juga: Usai Diskusi dengan Direksi, DPR Yakin BUMN Pencetak Uang Peruri Bisa Eksis Di Masa New Normal

Permasalahannya, masih tingginya persepsi risiko dari perbankan dan dari sisi korporasi dalam melakukan ekspansi karena ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi. "Perlu mempertemukan antara perbankan dan dunia usaha untuk mengatasi asymetric information dan persepsi risiko dalam penyaluran kredit," katanya.

Halaman:

Editor: Igun Gunawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x